PUITIKA KEMATIAN DALAM KUMPULAN PUISI SYAIR PEMANGGUL MAYAT KARYA INDRA TJAHYADI

Penelitian dengan judul “Puitika Kematian dalam Kumpulan Puisi Syair Pemanggul Mayat karya Indra Tjahyadi” ini bertujuan menemukan puitika teks khususnya dalam kaitan dengan konsep “kematian”. Puitika kematian yang dimaksud diperoleh dengan mengungkap struktur puisi khususnya diksi, bangun imaji, da...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: NANDA ALIFYA RAHMAH, NIM.: 121111075
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Published: 2016
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/56122/7/FS_BI_36_16_Rah_p.pdf
http://repository.unair.ac.id/56122/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Description
Summary:Penelitian dengan judul “Puitika Kematian dalam Kumpulan Puisi Syair Pemanggul Mayat karya Indra Tjahyadi” ini bertujuan menemukan puitika teks khususnya dalam kaitan dengan konsep “kematian”. Puitika kematian yang dimaksud diperoleh dengan mengungkap struktur puisi khususnya diksi, bangun imaji, dan subjek lirik. Pemahaman terhadap struktur puisi berguna untuk merumuskan konvensi teks puisi sehingga pembacaan dapat diteruskan ke pemaknaan teks. Penelitian ini memanfaatkan teori puitika lirik yang diuraikan Jonathan Culler. Dalam teori tersebut dijelaskan konsep struktur teks puisi yaitu jarak dan deiktik, kesatuan organis (koherensi), tema dan epifani, resistensi dan pengembalian. Puisi sebagai teks sastra memerlukan pembacaan yang disebut naturalisasi. Keseluruhan konsep mengarahkan pada pengungkapan subjek lirik dan situasi teks. Dalam penelitian ini diambil enam sampel puisi yang representatif sebagai data utama penelitian. Masing-masing puisi dianalisis untuk menemukan konstruksi aku lirik. Temuan analsis tersebut dirumuskan sebagai puitika kumpulan puisi. Puisi-puisi dalam kumpulan puisi Syair Pemanggul Mayat karya Indra Tjahyadi memiliki kekhasan teks yang rumit dibandingkan puisi lain. Teks dibentuk oleh diksi kebendaan, bangun imaji yang bertumpuk dengan kerancuan situasi nonriil, dan pengaburan subjek lirik utama. Pembacaan terhadap aku lirik menunjukkan kecenderungan berulang ditandai dengan kelas nuansa. Teks puisi dapat dibaca sebagai puzzle citraan. Situasi teks baru didapatkan dengan kesadaran bahwa teks merupakan sebuah gambar besar yang disajikan linear. Berdasarkan temuan situasi teks dirumuskan enam konsep puitika kematian yaitu kesendirian, luka dan kesengsaraan, waktu, keabadian kematian, dan fantasi dan kendali hasrat. Keenam konsep puitika kematian tersebut merupakan simpulan konflik yang dialami aku lirik. Aku lirik dalam teks adalah wujud yang sedih dan mengalami konflik psikis juga spiritual. Aku lirik adalah sosok yang berada pada ruang fantasi dengan peristiwa mabuk, mimpi, berilusi, dan sebagainya. Kematian hadir beriringan dengan kesedihan, fantasi, dan hal-hal bernada seksual yang terpecah-pecah dalam bangun teks. Kendali hasrat dan fantasi yang dialami aku lirik mengindikasikan kekuatan alam kesadaran mempengaruhi akal sehat. Dunia fantasi dan kuasa hasrat akan kau membuat teks puisi hadir seperti racauan tempat aku lirik mencipta ulang definisi atas kenyataan, Tuhan, dan kematian