PEMETAAN RISIKO KLINIS DAN EVALUASI BUDAYA RISIKO UNTUK PENINGKATAN EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN RISIKO DI RUMAH SAKIT XYZ
Dalam menjalankan fungsinya untuk memberikan pelayanan kesehatan serta menjamin keselamatan pasien, RS XYZ sangat rentan dihadapkan dengan kemungkinan munculnya risiko klinis yang umum dialami oleh institusi layanan <br /> <br /> <br /> kesehatan lainnya. Apabila risiko-risiko kl...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Theses |
Language: | Indonesia |
Online Access: | https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/14754 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Institut Teknologi Bandung |
Language: | Indonesia |
Summary: | Dalam menjalankan fungsinya untuk memberikan pelayanan kesehatan serta menjamin keselamatan pasien, RS XYZ sangat rentan dihadapkan dengan kemungkinan munculnya risiko klinis yang umum dialami oleh institusi layanan <br />
<br />
<br />
kesehatan lainnya. Apabila risiko-risiko klinis yang umum dijumpai oleh RS tidak dikelola atau dipantau dengan baik serta tepat maka akan dapat mengancam reputasi RS dan menyebabkan kerugian finansial bagi RS tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk merancang sebuah peta risiko dan profil risiko yang berguna dalam memantau perkembangan risiko dari tahun ke tahun serta untuk mengetahui faktor utama penyebab dari kurang efektifnya pelaksanaan pemantauan dan pengendalian risiko di Rumah Sakit (RS) XYZ. Pembuatan peta dan profil risiko didasarkan pada data sekunder perusahaan berupa data rekap insiden klinis RS selama 2 tahun. Sementara pencarian faktor penyebab kurang efektifnya pelaksanaan pemantauan dan pengendalian risiko di RS XYZ diperoleh dari data primer berupa hasil pengolahan data kuesioner yang terdiri dari 2 tahap. Pengumpulan data untuk kuesioner dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel non-probability purposive, yakni pihak-pihak yang mempunyai peran serta tanggung jawab penting terkait pelaksanaan pemantauan dan pengendalian risiko di RS XYZ. Kuesioner tahap 1 disebarkan kepada pemilik risiko (chief officer) dari setiap divisi yang bertujuan untuk mengetahui persepsi dari pemilik risiko tentang fungsi serta tujuan dari pemantauan dan pengendalian risiko. Sedangkan, kuesioner tahap 2 (budaya risiko) disebarkan kepada manajer serta kepala bagian atau unit dari setiap divisi yang bertujuan untuk <br />
<br />
<br />
mengukur dan mengevaluasi budaya risiko perusahaan di RS XYZ. Dari hasil pemetaan risiko menunjukkan bahwa sebagian besar risiko klinis RS XYZ berada di tingkat risiko sedang dengan kontributor risiko terbesar berasal dari kelompok faktor proses internal, problem proses klinis, dan sumber daya yang tidak mencukupi. Faktor utama penyebab kurang efektifnya pemantauan dan pengendalian risiko di RS XYZ adalah karena minimnya pelatihan manajemen risiko serta belum adanya komitmen yang tegas dari manajemen puncak. Hasil evaluasi terhadap kuesioner budaya risiko menunjukkan bahwa perlu dilakukan resosialisasi manajemen risiko, pelatihan, pengintegrasian informasi, serta penetapan reward dan sanksi yang tegas guna meningkatkan efektifitas pelaksanaan pemantauan dan pengendalian risiko di RS XYZ. |
---|