A FEASIBILITY STUDY ON ECO-FRIENDLY MOBILE PHONE WITH POLYMER ELECTROLYTE FUEL CELL (PEFC): CASE STUDY IN INDONESIA

Sejak Protokol Kyoto berdampak pada 2005, teknologi untuk mengurangi emisi CO2 berkembang sangat pesat. Sebagai dampaknya, banyak negara-negara maju yang mencoba menerapkannya guna menurunkan konsentrasi gas rumah kaca. Mereka mulai menggunakan energy alternatif yang ramah lingkungan. <br...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: PRASETYA TANIMUKTI (29009018) ; Pembimbing : Dr. Kiyoshi Dowaki & Ir. Gatot Yudoko, MASc, PhD, IVAN
Format: Theses
Language:Indonesia
Online Access:https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/16131
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Institut Teknologi Bandung
Language: Indonesia
id id-itb.:16131
spelling id-itb.:161312017-09-27T15:31:47ZA FEASIBILITY STUDY ON ECO-FRIENDLY MOBILE PHONE WITH POLYMER ELECTROLYTE FUEL CELL (PEFC): CASE STUDY IN INDONESIA PRASETYA TANIMUKTI (29009018) ; Pembimbing : Dr. Kiyoshi Dowaki & Ir. Gatot Yudoko, MASc, PhD, IVAN Indonesia Theses INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/16131 Sejak Protokol Kyoto berdampak pada 2005, teknologi untuk mengurangi emisi CO2 berkembang sangat pesat. Sebagai dampaknya, banyak negara-negara maju yang mencoba menerapkannya guna menurunkan konsentrasi gas rumah kaca. Mereka mulai menggunakan energy alternatif yang ramah lingkungan. <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> Saat ini, pertumbuhan penjualan telepon genggam di dunia sangatlah tinggi. Sebagian besar telepon genggam tersebut menggunakan batere Li-ion yang tidak ramah lingkungan, karena menggunakan listrik yang dihasilkan dari batu bara dan minyak bumi. Listrik di Indonesia menghasilkan emisi CO2 yang lebih tinggi dibandingkan negara lain. Tentunya peningkatan jumlah pengguna telepon genggam di Indonesia akan berpengaruh pada peningkatan emisi CO2. <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> Penguna telepon genggam di Indonesia diprediksi akan meningkat setiap tahunnya. Tentu saja hal ini akan berdampak pada peningkatan emisi CO2. Teknologi baru dalam dunia telekomunikasi juga terus berkembang. Beberapa tahun lalu, konsumen hanya menggunakan telepon genggam untuk melakukan panggilan telepon dan mengirimkan pesan singkat saja, namun saat ini terdapat berbagai macam fungsi tambahan pada smartphone, seperti: pemutar music, pemutar video, permainan, chatting, internet, email, dan lain sebagainya. Hal tersebut akan meningkatkan konsumsi energy, yang akan berdampak pada peningkatan emisi CO2. <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> Dalam penelitian ini, perbandingan emisi CO2 antara telepon genggam yang menggunakan batere Li-ion dan PEFC dihitung menggunakan metodologi LCA. System boundary terdiri dari produk mentah, pabrik, transportasi/distribusi, pengguna akhir, dan pembuangan. <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> Kinerja dari PEFC diukur menggunaan eksperimen dasar. Kuseioner juga digunakan untuk mengetahui perilaku konsumen dalam menggunakan telepon genggam. Konsumsi energi dipengaruhi oleh lamanya penggunaan telepon gengam untuk masing-masing fungsi, sedangkan total emisi CO2 bergantung pada total konsumsi energi. Penelitian ini dilakukan di Indonesia yang merupakan negara dengan jumlah penduduk sebanyak 238 juta jiwa dan merupakan peringkat keempat di dunia. Walaupun Indonesia masih merupakan negara berkembang, namun Indonesia merupakan pasar potensial bagi perusahan telepon genggam. <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> Pada penelitian sebelumnya, emisi CO2 langsung untuk telepon genggam yang menggunakan batere Li-ion hanyalah sebesar 1% saja dari total emisi CO2 untuk 1 buah telepon genggam. Perkembangan teknologi yang sangat cepat menyebabkan peningkatan kinerja yang berdampak pada peningkatan konsumsi energi dan hal ini tentunya akan meningkatkan emisi CO2. Dalam penggunaan fungsi telepon genggam, generasi muda mengkonsumsi lebih banyak energy daripada generasi yang lebih tua untuk mendengarkan music, permainan, chatting, internet dan email. Dalam penelitian ini, emisi CO2 langsung meningkat drastic menjadi 27.38% untuk telepon genggam yang menggunakan batere Li-ion. Namun, dengan menggunakan PEFC, emisi CO2 langsung dapat dikurangi sebesar 26.79%. <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> Dengan asumsi bahwa siklus (waktu pakai) 1 buah telepon genggam adalah selama 3.2 tahun, dengan menggunakan PEFC, emisi CO2 akan berkurang sebesar 2.71 kg-CO2/siklus, jika dibandingkan dengan telepon genggam yang menggunakan batere Li-ion. text
institution Institut Teknologi Bandung
building Institut Teknologi Bandung Library
continent Asia
country Indonesia
Indonesia
content_provider Institut Teknologi Bandung
collection Digital ITB
language Indonesia
description Sejak Protokol Kyoto berdampak pada 2005, teknologi untuk mengurangi emisi CO2 berkembang sangat pesat. Sebagai dampaknya, banyak negara-negara maju yang mencoba menerapkannya guna menurunkan konsentrasi gas rumah kaca. Mereka mulai menggunakan energy alternatif yang ramah lingkungan. <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> Saat ini, pertumbuhan penjualan telepon genggam di dunia sangatlah tinggi. Sebagian besar telepon genggam tersebut menggunakan batere Li-ion yang tidak ramah lingkungan, karena menggunakan listrik yang dihasilkan dari batu bara dan minyak bumi. Listrik di Indonesia menghasilkan emisi CO2 yang lebih tinggi dibandingkan negara lain. Tentunya peningkatan jumlah pengguna telepon genggam di Indonesia akan berpengaruh pada peningkatan emisi CO2. <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> Penguna telepon genggam di Indonesia diprediksi akan meningkat setiap tahunnya. Tentu saja hal ini akan berdampak pada peningkatan emisi CO2. Teknologi baru dalam dunia telekomunikasi juga terus berkembang. Beberapa tahun lalu, konsumen hanya menggunakan telepon genggam untuk melakukan panggilan telepon dan mengirimkan pesan singkat saja, namun saat ini terdapat berbagai macam fungsi tambahan pada smartphone, seperti: pemutar music, pemutar video, permainan, chatting, internet, email, dan lain sebagainya. Hal tersebut akan meningkatkan konsumsi energy, yang akan berdampak pada peningkatan emisi CO2. <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> Dalam penelitian ini, perbandingan emisi CO2 antara telepon genggam yang menggunakan batere Li-ion dan PEFC dihitung menggunakan metodologi LCA. System boundary terdiri dari produk mentah, pabrik, transportasi/distribusi, pengguna akhir, dan pembuangan. <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> Kinerja dari PEFC diukur menggunaan eksperimen dasar. Kuseioner juga digunakan untuk mengetahui perilaku konsumen dalam menggunakan telepon genggam. Konsumsi energi dipengaruhi oleh lamanya penggunaan telepon gengam untuk masing-masing fungsi, sedangkan total emisi CO2 bergantung pada total konsumsi energi. Penelitian ini dilakukan di Indonesia yang merupakan negara dengan jumlah penduduk sebanyak 238 juta jiwa dan merupakan peringkat keempat di dunia. Walaupun Indonesia masih merupakan negara berkembang, namun Indonesia merupakan pasar potensial bagi perusahan telepon genggam. <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> Pada penelitian sebelumnya, emisi CO2 langsung untuk telepon genggam yang menggunakan batere Li-ion hanyalah sebesar 1% saja dari total emisi CO2 untuk 1 buah telepon genggam. Perkembangan teknologi yang sangat cepat menyebabkan peningkatan kinerja yang berdampak pada peningkatan konsumsi energi dan hal ini tentunya akan meningkatkan emisi CO2. Dalam penggunaan fungsi telepon genggam, generasi muda mengkonsumsi lebih banyak energy daripada generasi yang lebih tua untuk mendengarkan music, permainan, chatting, internet dan email. Dalam penelitian ini, emisi CO2 langsung meningkat drastic menjadi 27.38% untuk telepon genggam yang menggunakan batere Li-ion. Namun, dengan menggunakan PEFC, emisi CO2 langsung dapat dikurangi sebesar 26.79%. <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> Dengan asumsi bahwa siklus (waktu pakai) 1 buah telepon genggam adalah selama 3.2 tahun, dengan menggunakan PEFC, emisi CO2 akan berkurang sebesar 2.71 kg-CO2/siklus, jika dibandingkan dengan telepon genggam yang menggunakan batere Li-ion.
format Theses
author PRASETYA TANIMUKTI (29009018) ; Pembimbing : Dr. Kiyoshi Dowaki & Ir. Gatot Yudoko, MASc, PhD, IVAN
spellingShingle PRASETYA TANIMUKTI (29009018) ; Pembimbing : Dr. Kiyoshi Dowaki & Ir. Gatot Yudoko, MASc, PhD, IVAN
A FEASIBILITY STUDY ON ECO-FRIENDLY MOBILE PHONE WITH POLYMER ELECTROLYTE FUEL CELL (PEFC): CASE STUDY IN INDONESIA
author_facet PRASETYA TANIMUKTI (29009018) ; Pembimbing : Dr. Kiyoshi Dowaki & Ir. Gatot Yudoko, MASc, PhD, IVAN
author_sort PRASETYA TANIMUKTI (29009018) ; Pembimbing : Dr. Kiyoshi Dowaki & Ir. Gatot Yudoko, MASc, PhD, IVAN
title A FEASIBILITY STUDY ON ECO-FRIENDLY MOBILE PHONE WITH POLYMER ELECTROLYTE FUEL CELL (PEFC): CASE STUDY IN INDONESIA
title_short A FEASIBILITY STUDY ON ECO-FRIENDLY MOBILE PHONE WITH POLYMER ELECTROLYTE FUEL CELL (PEFC): CASE STUDY IN INDONESIA
title_full A FEASIBILITY STUDY ON ECO-FRIENDLY MOBILE PHONE WITH POLYMER ELECTROLYTE FUEL CELL (PEFC): CASE STUDY IN INDONESIA
title_fullStr A FEASIBILITY STUDY ON ECO-FRIENDLY MOBILE PHONE WITH POLYMER ELECTROLYTE FUEL CELL (PEFC): CASE STUDY IN INDONESIA
title_full_unstemmed A FEASIBILITY STUDY ON ECO-FRIENDLY MOBILE PHONE WITH POLYMER ELECTROLYTE FUEL CELL (PEFC): CASE STUDY IN INDONESIA
title_sort feasibility study on eco-friendly mobile phone with polymer electrolyte fuel cell (pefc): case study in indonesia
url https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/16131
_version_ 1820737629434413056