#TITLE_ALTERNATIVE#
Berakhirnya perang dingin telah membawa perubahan besar terhadap perdagangan senjata internasional dengan terciptanya buyer market dimana jumlah pembeli alat-alat pertahanan jauh lebih sedikit dari jumlah penjualnya. Hal tersebut mendukung berkembangnya offset atau ‘kompensasi industri’ akibat...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Theses |
Language: | Indonesia |
Online Access: | https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/19458 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Institut Teknologi Bandung |
Language: | Indonesia |
Summary: | Berakhirnya perang dingin telah membawa perubahan besar terhadap perdagangan senjata internasional dengan terciptanya buyer market dimana jumlah pembeli alat-alat pertahanan jauh lebih sedikit dari jumlah penjualnya. Hal tersebut mendukung berkembangnya offset atau ‘kompensasi industri’ akibat pembelian alat-alat pertahanan dari luar negeri. Kompensasi ini, terutama bagi negara berkembang, merupakan salah satu cara untuk membangun industri pertahanan mereka. Penelitian ini difokuskan pada peran offset dalam perkembangan kapabilitas teknologi industri pertahanan di Indonesia dengan mengambil contoh kasus PT Dirgantara Indonesia. Offset secara garis besar terdiri dari dua macam direct dan indirect offset, dimana pada keduanya transfer teknologi berperan sangat penting. Dengan memberikan offset dalam bentuk transfer teknologi, berarti negara penjual memberikan sebagian dari proses ‘know how’ kepada negara pembeli. Pada prakteknya, banyak pertimbangan dalam proses offset, seperti regulasi pemerintah, proses pengadaan alut sista, sampai rencana perkembangan industri strategis. Perkembangan industri strategis di Indonesia pun menggunakan offset sebagai sarana dalam proses penyerapan teknologi. PT Dirgantara Indonesia misalnya, menggunakan licensing dan joint-venture sebagai salah satu sarana dalam penguasaan teknologi perakitan pesawat terbang. Bukan hanya itu, beberapa pembelian pesawat terbang dari luar negeri juga memberikan sebagian pekerjaan kepada PT Dirgantara Indonesia berupa manufakturing, seperti pada pembelian F16 dari General Dynamics. Kesemua bentuk paket pekerjaan yang diberikan kepada PT Dirgantara Indonesia tersebut menambah kemampuan teknologi yang dimiliki oleh PT Dirgantara Indonesia sebagai sebuah industri strategis. |
---|