ANALISIS LONG RUN MARGINAL COST PEMBENGKITAN LISTRIK SEBAGAI DASAR BAURAN ENERGI : STUDI KASUS DI SUMATERA BAGIAN SELATAN
Pemenuhan pertumbuhan permintaan listrik yang berkelanjutan merupakan tantangan utama bagi penyedia listrik. Kecenderungan dominasi dalam pemakaian batubara untuk energi listrik yang menambah kerusakan lingkungan, <br /> <br /> <br /> keterbatasan cadangan energi fosil dan adanya...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Theses |
Language: | Indonesia |
Online Access: | https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/20627 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Institut Teknologi Bandung |
Language: | Indonesia |
Summary: | Pemenuhan pertumbuhan permintaan listrik yang berkelanjutan merupakan tantangan utama bagi penyedia listrik. Kecenderungan dominasi dalam pemakaian batubara untuk energi listrik yang menambah kerusakan lingkungan, <br />
<br />
<br />
keterbatasan cadangan energi fosil dan adanya potensi panas bumi besar yang belum dimanfaatkan memicu pemerintah untuk memberlakukan kebijakan bauran energi listrik yang murah, memberikan keamanan pasokan, dan ramah lingkungan. Untuk menentukan solusi optimal dari ketiga tantangan tersebut, di dalam tesis ini dilakukan dua pemodelan utama untuk sistem Sumatera bagian selatan <br />
<br />
<br />
untuk periode studi 2009 - 2018. Pertama adalah model dasar untuk mensimulasi sistem tanpa dan dengan panas bumi. Kedua adalah model kebijakan untuk mengkaji dampak Clean Development Mechanism (CDM), eksternalitas, dan <br />
<br />
<br />
subsidi gas.terhadap skenario bauran energy listrik. <br />
<br />
<br />
Dari hasil simulasi dapat disimpulkan bahwa penambahan pembangkit panas bumi ke dalam sistem akan menurunkan biaya pembangkitan, menurunkan emisi, dan mengamankan pasokan dalam negeri. Kebutuhan batubara akan 28.75% <br />
<br />
<br />
lebih rendah dari skenario tanpa panas bumi yang dapat dijadikan sebagai cadangan. Cadangan ini dapat membantu pelaksanaan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) karena cadangan ini dapat dimanfaatkan untuk pembangkit-pembangkit lama atau diekspor. Bauran energi baru pada skenario ini adalah 55% batubara, 43.5% panas bumi, dan 1.5% gas alam. Untuk pengembangan pembangkit panas bumi ini, CDM dapat memberikan dukungan finansial yang cukup efektif. Dari hasil simulasi didapatkan, bahwa semakin tinggi biaya investasi panas bumi, semakin besar dampak CDM. Pada tingkat investasi US$ 2700 – 3000/kW, CDM menaikkan porsi panas bumi 11.12% dari bauran energi awal. Sedangkan hasil simulasi lain menunjukkan kebijakan eksternalitas dan subsidi gas tidak efektif untuk mengatasi ketiga tantangan ketenagalistrikan di atas. |
---|