DEVELOPMENT STRATEGY FOR DAGO CREATIVE CLUSTER, BANDUNG
Creative city is one of a development city concept which is currently developing rapidly. Creative city concept is a response to the problems or urban crises faced by several cities in the world during a transition in facing the economic globalization. The ideology of creative city concept to improv...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Final Project |
Language: | Indonesia |
Online Access: | https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/20978 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Institut Teknologi Bandung |
Language: | Indonesia |
Summary: | Creative city is one of a development city concept which is currently developing rapidly. Creative city concept is a response to the problems or urban crises faced by several cities in the world during a transition in facing the economic globalization. The ideology of creative city concept to improve the urban environment and create an inspiring city atmosphere. Bandung as one of creative city in Indonesia must have the criterias of creative city, which one of the criteria is, development of creative milieu. The creative milieu is closely related to the creative cluster. Creative milieu can be regarded as both product and raw ingredient of creative cluster. Bandung itself has one area, Dago that meets the criteria as a creative cluster. Therefore, this research is aimed to make Dago Creative Cluster development strategy by using the creative milieu concept and by using the qualitative research method. Data collection <br />
<br />
<br />
Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara serta observasi dan analisis data menggunakan metode analisis isi dan analisis SWOT. <br />
<br />
<br />
Dalam penelitian ini, dilakukan identifikasi terhadap strategi pengembangan normatif klaster kreatif berdasarkan tinjauan literatur, persepsi dan preferensi dari pemerintah dan komunitas kreatif terkait pengembangan klaster kreatif, dan potensi serta persoalan di dalam dan di luar Klaster Kreatif Dago, yaitu Kota Bandung. Perumusan strategi pengembangan normatif didasarkan kepada konsep lingkungan kreatif oleh Landry (2000) yang mengutamakan dua komponen utama yaitu hard infrastructure dan soft infrastructure. Komponen-komponen ini dijadikan sebagai parameter dan indikator serta tolak ukur untuk mengidentifikasi potensi dan persoalan Klaster Kreatif Dago serta persepsi dan preferensi dari pihak terkait pengembangan klaster kreatif. <br />
<br />
<br />
Hasil analisis menunjukkan bahwa Klaster Kreatif Dago memiliki potensi untuk dikembangkan dan memiliki persoalan untuk diselesaikan. Selain itu, persepsi dan preferensi dari pihak terkait yaitu pemerintah dan komunitas terhadap pengembagngan klaster kreatif berbeda-beda. Hasil dari analisis ini dikelompokkan menjadi faktor yang menjadi faktor internal dan faktor eksternal kawasan untuk dilakukan analisis SWOT dengan menyilangkan hasil dari kedua faktor. Dari hasil analisis SWOT, dihasilkan beberapa strategi yang dikelompokkan menjadi lima strategi dengan strategi utama yaitu core strategy (strategi inti). Strategi inti yang dihasilkan di antara lain adalah membentuk dan mengembangkan simpul kreatif berupa kawasan sebagai simbol dan pusat suatu kawasan dari segi fisik dan non-fisik, membuat materplan klaster kreatif dago dan menyelenggarakan kegiatan (kebudayaan, workshop, pelatihan dll) secara rutin untuk masyarakat dan komunitas kreatif dengan dukungan dari pemerintah. <br />
<br />
|
---|