NEGOTIATION OF INTEREST IN CONSTRUCTION EXPERTS CERTIFICATION FROM INFRASTRUCTURE GOVERNANCE PERSPECTIVE

Tenaga ahli konstruksi merupakan unsur vital dalam tata kelola infrastruktur, karena pembangunan infrastruktur tak lepas dari peran penting sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Undang-Undang nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi mewajibkan setiap orang yang bekerja di bidang konstruk...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Ulfah, Maria
Format: Theses
Language:Indonesia
Online Access:https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/33311
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Institut Teknologi Bandung
Language: Indonesia
id id-itb.:33311
spelling id-itb.:333112019-01-21T08:49:54ZNEGOTIATION OF INTEREST IN CONSTRUCTION EXPERTS CERTIFICATION FROM INFRASTRUCTURE GOVERNANCE PERSPECTIVE Ulfah, Maria Indonesia Theses certification, translation, adoption, construction policies. INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/33311 Tenaga ahli konstruksi merupakan unsur vital dalam tata kelola infrastruktur, karena pembangunan infrastruktur tak lepas dari peran penting sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Undang-Undang nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi mewajibkan setiap orang yang bekerja di bidang konstruksi untuk memiliki sertifikat, termasuk di dalamnya bagi para tenaga ahli konstruksi. Sertifikat dimaksudkan sebagai tanda bukti bahwa seorang tenaga ahli memang benar kompeten di bidangnya, namun pada prakteknya, terjadi berbagai pergeseran yang menyebabkan sertifikat tak lagi menjadi jaminan bahwa pemegangnya memiliki kompetensi seperti yang tertera pada sertifikat tersebut. Evaluasi 10 tahun Undang-Undang Jasa Konstruksi membawa pada upaya perubahan Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2000 sebagai peraturan pelaksana, menjadi Peraturan Pemerintah nomor 4 tahun 2010 dengan beberapa perubahan mendasar mengenai pelaksanaan sertifikasi. Perubahan ini menimbulkan reaksi dari pihak-pihak yang memiliki berbagai kepentingan, terutama dari asosiasi-asosiasi profesi yang kewenangannya mengeluarkan sertifikat dialihkan pada unit sertifikasi. Reaksi yang timbul begitu beragam mulai dari langkah legal hingga demonstrasi menentang perubahan tersebut, hingga kemudian terbitlah perubahan kedua dalam Peraturan Pemerintah nomor 92 tahun 2010. Fenomena ini membuat penulis tertarik untuk menelusuri jejak para pelaku yang terlibat dalam proses sertifikasi baik dari Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi, pemerintah, asosiasi profesi, praktisi dan akademisi untuk dapat melihat secara lebih jelas pola relasi dan translasi yang terjadi. Melalui penelitian ini, penulis mencoba mengungkap mengenai penerapan (adopsi) kebijakan sertifikasi tenaga ahli konstruksi, kesenjangan dalam implementasinya, dan bagaimana skenario kebijakan yang relevan terhadap pengembangan kebijakan sertifikasi ke depan. text
institution Institut Teknologi Bandung
building Institut Teknologi Bandung Library
continent Asia
country Indonesia
Indonesia
content_provider Institut Teknologi Bandung
collection Digital ITB
language Indonesia
description Tenaga ahli konstruksi merupakan unsur vital dalam tata kelola infrastruktur, karena pembangunan infrastruktur tak lepas dari peran penting sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Undang-Undang nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi mewajibkan setiap orang yang bekerja di bidang konstruksi untuk memiliki sertifikat, termasuk di dalamnya bagi para tenaga ahli konstruksi. Sertifikat dimaksudkan sebagai tanda bukti bahwa seorang tenaga ahli memang benar kompeten di bidangnya, namun pada prakteknya, terjadi berbagai pergeseran yang menyebabkan sertifikat tak lagi menjadi jaminan bahwa pemegangnya memiliki kompetensi seperti yang tertera pada sertifikat tersebut. Evaluasi 10 tahun Undang-Undang Jasa Konstruksi membawa pada upaya perubahan Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2000 sebagai peraturan pelaksana, menjadi Peraturan Pemerintah nomor 4 tahun 2010 dengan beberapa perubahan mendasar mengenai pelaksanaan sertifikasi. Perubahan ini menimbulkan reaksi dari pihak-pihak yang memiliki berbagai kepentingan, terutama dari asosiasi-asosiasi profesi yang kewenangannya mengeluarkan sertifikat dialihkan pada unit sertifikasi. Reaksi yang timbul begitu beragam mulai dari langkah legal hingga demonstrasi menentang perubahan tersebut, hingga kemudian terbitlah perubahan kedua dalam Peraturan Pemerintah nomor 92 tahun 2010. Fenomena ini membuat penulis tertarik untuk menelusuri jejak para pelaku yang terlibat dalam proses sertifikasi baik dari Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi, pemerintah, asosiasi profesi, praktisi dan akademisi untuk dapat melihat secara lebih jelas pola relasi dan translasi yang terjadi. Melalui penelitian ini, penulis mencoba mengungkap mengenai penerapan (adopsi) kebijakan sertifikasi tenaga ahli konstruksi, kesenjangan dalam implementasinya, dan bagaimana skenario kebijakan yang relevan terhadap pengembangan kebijakan sertifikasi ke depan.
format Theses
author Ulfah, Maria
spellingShingle Ulfah, Maria
NEGOTIATION OF INTEREST IN CONSTRUCTION EXPERTS CERTIFICATION FROM INFRASTRUCTURE GOVERNANCE PERSPECTIVE
author_facet Ulfah, Maria
author_sort Ulfah, Maria
title NEGOTIATION OF INTEREST IN CONSTRUCTION EXPERTS CERTIFICATION FROM INFRASTRUCTURE GOVERNANCE PERSPECTIVE
title_short NEGOTIATION OF INTEREST IN CONSTRUCTION EXPERTS CERTIFICATION FROM INFRASTRUCTURE GOVERNANCE PERSPECTIVE
title_full NEGOTIATION OF INTEREST IN CONSTRUCTION EXPERTS CERTIFICATION FROM INFRASTRUCTURE GOVERNANCE PERSPECTIVE
title_fullStr NEGOTIATION OF INTEREST IN CONSTRUCTION EXPERTS CERTIFICATION FROM INFRASTRUCTURE GOVERNANCE PERSPECTIVE
title_full_unstemmed NEGOTIATION OF INTEREST IN CONSTRUCTION EXPERTS CERTIFICATION FROM INFRASTRUCTURE GOVERNANCE PERSPECTIVE
title_sort negotiation of interest in construction experts certification from infrastructure governance perspective
url https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/33311
_version_ 1822923975812972544