ANALISIS DEFORMASI GEMPA LOMBOK 2018 BERDASARKAN DATA PENGAMATAN GPS KONTINU METODE KINEMATIK
Pulau Lombok merupakan kawasan yang berpotensi diguncang gempa karena terletak di antara dua pembangkit gempa, yaitu dari selatan terdapat zona subduksi Bali-Lombok dan Sesar Naik Flores di utara. Pada tahun 2018, setidaknya terjadi empat gempa di Pulau Lombok dengan magnitudo diatas 6. Terdapat per...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Final Project |
Language: | Indonesia |
Online Access: | https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/40107 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Institut Teknologi Bandung |
Language: | Indonesia |
Summary: | Pulau Lombok merupakan kawasan yang berpotensi diguncang gempa karena terletak di antara dua pembangkit gempa, yaitu dari selatan terdapat zona subduksi Bali-Lombok dan Sesar Naik Flores di utara. Pada tahun 2018, setidaknya terjadi empat gempa di Pulau Lombok dengan magnitudo diatas 6. Terdapat perubahan bentuk dan perubahan dimensi, atau yang disebut deformasi, pada Pulau Lombok akibat dari gempa bumi yang terjadi. Berdasarkan alasan tersebut, diperlukan pemahaman yang mendalam dan pemantauan deformasi gempa Lombok, khususnya pada saat gempa. Oleh karena itu, analisis kinematik gempa Lombok dibutuhkan. Analisis kinematik dilakukan dengan melakukan pengamatan secara kontinu pada beberapa stasiun pengamatan GPS yang berada di Pulau Lombok. Data pengamatan GPS yang didapatkan kemudian diolah dengan metode kinematik menggunakan perangkat lunak ilmiah Bernese 5.2 untuk diketahui nilai koordinatnya untuk setiap epoknya. Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai pergeseran horizontal terbesar pada gempa 5 Agustus terdapat pada titik pengamatan KDOO sebesar 5.354 cm dan terkecil pada titik pengamatan PGRJ sebesar 1.830 cm, sedangkan nilai pergeseran vertikal terbesar pada titik pengamatan PGRJ sebesar 13.974 cm dan terkecil pada titik pengamatan KDOO sebesar 2.991 cm. Pada gempa 19 Agustus, nilai pergeseran horizontal terbesar terdapat pada titik pengamatan KDOO sebesar 13.610 cm dan terkecil pada titik pengamatan CMAT sebesar 2.878 cm, sedangkan nilai pergeseran vertikal terbesar pada titik pengamatan CMAT sebesar 15.298 cm dan terkecil pada titik pengamatan KDOO sebesar 4.137 cm.
|
---|