PENGGUNAAN SUPPORT VECTOR MACHINE UNTUK MEMPREDIKSI BATAS FLUTTER AEROELASTIS DALAM ALIRAN TRANSONIK
Dalam membuat model aeroelastik untuk kasus aerodinamika non-linear, khususnya pada aliran transonik, muncul tantangan untuk mengurangi waktu komputasi dengan tetap mempertahankan tingkat akurasinya. Tugas akhir ini menginvestigasi penggunaan algoritma Support Vector Machine (SVM) untuk membuat s...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Final Project |
Language: | Indonesia |
Online Access: | https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/48948 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Institut Teknologi Bandung |
Language: | Indonesia |
Summary: | Dalam membuat model aeroelastik untuk kasus aerodinamika non-linear, khususnya
pada aliran transonik, muncul tantangan untuk mengurangi waktu komputasi dengan
tetap mempertahankan tingkat akurasinya. Tugas akhir ini menginvestigasi penggunaan
algoritma Support Vector Machine (SVM) untuk membuat suatu model pendekatan
(surrogate model) berdasarkan estimasi nilai-nilai koefisien damping model aeroelastis.
Model SVM ini kemudian digunakan untuk memprediksi batas flutter dari suatu sistem
binary flutter pada airfoil NACA 64A010. Pada tugas akhir ini, model aeroelastis dengan
persamaan Euler digunakan untuk menyelesaikan masalah aerodinamika dimana
persamaan aeroelastis diselesaikan dalam domain waktu. Pembuatan batas flutter dilakukan
dengan menggunakan rentang Mach number antara 0.7 sampai 0.9 dan flutter
speed index antara 0.4 sampai 2.0, dimana fenomena transonic dip berhasil diamati
pada rentang tersebut. Estimasi nilai koefisien damping dilakukan dengan menggunakan
metode identifikasi Prony series based Matrix Pencil dengan memasukkan modus
gerakan pitch dan plunge pada sistem aeroelastis. Penelitian ini mengembangkan model
support vector classification (SVC) dan dua model support vector regression (SVR), yaitu
epsilon-SVR dan least squares-SVR (LS-SVR), untuk membuat surrogate model dan
mengkonstruksi batas flutter. Hasil dengan 200 sampel awal menunjukkan bahwa model
regresi menunjukkan hasil yang lebih menjanjikan dibandingkan dengan model klasifikasi
dari segi akurasi. Untuk mengurangi waktu komputasi dan menunjukkan bahwa SVM
dapat memberikan akurasi yang baik dengan jumlah sampel rendah, model SVM kemudian
dibuat menggunakan dua set sampel berisikan 75 titik sampel berdasarkan metode
augmented latin hypercube. Hasil-hasil yang telah diperoleh menunjukkan bahwa model
epsilon-SVR memberikan prediksi batas flutter yang paling baik dengan kemampuan
generalisasi yang memuaskan. Namun, perlu dicatat bahwa ada kesulitan yang muncul
dalam menentukan proporsi antara jumlah sampel yang digunakan untuk melatih model
SVR terhadap jumlah sampel untuk validasi. |
---|