RISK ASSESSMENT OF TRICLOSAN THROUGH HOUSEHOLD PRODUCT AND COSMETIC APPLICATION IN THE JABODETABEK AREA

Triclosan (5–chloro–2–(2,4–dichlorophenoxy) phenol) merupakan senyawa biosida yang sering ditambahkan ke dalam berbagai produk perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) dan kosmetik yang digunakan secara luas oleh masyarakat. Sesuai ketentuan regulasi di Indonesia, triclosan termasuk ke dalam zat...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Rusdiana, Nita
Format: Dissertations
Language:Indonesia
Online Access:https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/53763
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Institut Teknologi Bandung
Language: Indonesia
id id-itb.:53763
institution Institut Teknologi Bandung
building Institut Teknologi Bandung Library
continent Asia
country Indonesia
Indonesia
content_provider Institut Teknologi Bandung
collection Digital ITB
language Indonesia
description Triclosan (5–chloro–2–(2,4–dichlorophenoxy) phenol) merupakan senyawa biosida yang sering ditambahkan ke dalam berbagai produk perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) dan kosmetik yang digunakan secara luas oleh masyarakat. Sesuai ketentuan regulasi di Indonesia, triclosan termasuk ke dalam zat pengawet yang diizinkan digunakan dalam beberapa produk kosmetik dengan batas maksimum penggunaan sebesar 0,3% serta sebagai komponen aktif dalam beberapa produk PKRT seperti bahan pencuci, bahan pembersih, antiseptik, dan disinfektan. Triclosan merupakan zat dengan risiko paparan tinggi dan berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan pada populasi yang terpapar. Namun demikian, hal tersebut hanya bisa diperkirakan bila karakteristik risiko penggunaan triclosan telah diketahui secara kuantitatif. Perhitungan karakteristik risiko kuantitatif memerlukan data karakteristik bahaya (hazard characteristic) dan tingkat paparan nyata pada populasi terpapar. Populasi yang dikaji merupakan warga yang tinggal di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (JABODETABEK). Wilayah ini dapat merepresentasikan Indonesia dari segi penggunaan produk PKRT dan Kosmetik. Populasi di wilayah ini diasumsikan lebih banyak dan lebih sering menggunakan produk PKRT dan kosmetik, sehingga paparannya akan lebih tinggi dibanding wilayah lain di Indonesia. Dalam pelaksanaan kajian paparan lebih aman menggunakan populasi dengan tingkat paparan lebih tinggi (overestimate) daripada menggunakan populasi dengan tingkat paparan rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model kajian paparan (exposure assessment) triclosan yang sesuai dan dapat diaplikasikan untuk menghitung tingkat paparan aktual triclosan melalui penggunaan produk PKRT dan kosmetik sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan karakterisktik risiko (risk characteristic) / dampak triclosan terhadap kesehatan publik di Indonesia. Penelitian ini meliputi beberapa tahap, sesuai dengan langkah-langkah dalam melakukan kajian paparan (exposure assessment) dan diawali dari pencarian data secara online, mencakup identifikasi berbagai produk PKRT dan kosmetik yang mengandung triclosan berdasarkan data pada label produk. Data produk PKRT dan kosmetik yang mengandung triclosan juga dikonfirmasi melalui observasi lapangan langsung di tempat penjualan produk tersebut. Tahap tersebut diikuti oleh penyebaran kuesioner, baik secara online maupun langsung kepada responden yang didesain untuk mendapatkan data karakteristik responden serta data penggunaan berbagai produk PKRT dan kosmetik oleh konsumen, khususnya yang merupakan faktor-faktor spesifik populasi yang dikaji. Bobot badan, frekuensi dan durasi penggunaan, serta kuantitas produk PKRT dan kosmetik pada sekali penggunaan merupakan faktor-faktor spesifik populasi yang diperlukan. Data terkait durasi penggunaan serta kuantitas produk pada sekali penggunaan di-cross check dengan eksperimen penggunaan produk tersebut oleh sukarelawan. Pada tahap berikutnya dilakukan penentuan kadar triclosan dalam sampel produk PKRT dan kosmetik menggunakan metode KCKT yang didahului dengan verifikasi metode tersebut. Pada tahap akhir, data bobot badan, frekuensi dan durasi penggunaan, kuantitas produk PKRT dan kosmetik pada sekali penggunaan, serta data kadar triclosan digunakan untuk menghitung tingkat paparan triclosan menggunakan model umum yang dilaporkan dalam literatur. Data tingkat paparan triclosan yang diperoleh, selanjutnya dibandingkan dengan nilai TDI triclosan dan dinyatakan sebagai persentase terhadap nilai TDI. Persentase tersebut menyatakan karakter risiko triclosan pada populasi yang dikaji. Dari hasil pencarian secara online diketahui terdapat 5 (lima) produk PKRT dan 31 (tiga puluh satu) produk kosmetik yang mengandung triclosan. Dari observasi lapangan langsung, terkonfirmasi 3 (tiga) produk PKRT dan 6 (Enam) produk kosmetik mengandung triclosan yang beredar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Untuk keperluan pengujian secara laboratorium, dilakukan pengumpulan dan pembelian produk tersebut sebagai sampel, mencakup produk deterjen, pembersih tangan, pewangi pakaian, masker wajah, sabun mandi cair antiseptik, bedak wajah, obat kumur, deodorant, dan sediaan personal care wanita. Melalui penyebaran kuesioner diketahui rata-rata berat badan populasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi sebesar 58,38 kg untuk wanita dan 74,38 kg untuk pria atau rata-rata keseluruhan 66,38 kg. Sedangkan, menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, berat badan pria 60 kg dan berat badan wanita 55 kg, sehingga rata-rata berat badan orang Indonesia yaitu 57,5 kg. Frekuensi penggunaan produk PKRT yaitu 1 kali per hari untuk deterjen, pewangi pakaian, dan pembersih tangan, serta produk kosmetik yaitu 1 kali per hari untuk masker wajah, deodorant, obat kumur, dan bedak, 2 kali per hari untuk sabun mandi cair, dan 0,7 kali per hari untuk personal care wanita. Berdasarkan hasil kuesioner kuantitas produk sekali pakai yaitu deterjen sebanyak 28,0 g, pewangi pakaian 20,9 g, pembersih tangan 0,5 g, sabun mandi cair antiseptik 10,3 g, masker wajah 13,8 g, deodorant 0,03 g, obat kumur 14,2 g, bedak wajah 0,3 g, dan personal care wanita 1,5 g, sedangkan berdasarkan hasil eksperimen penggunaan produk, deterjen sebanyak 28,8 g, pewangi pakaian 9,66 g, pembersih tangan 2,28 g, sabun mandi cair antiseptik 10,09 g, masker wajah 22,52 g, deodorant 0,88 g, obat kumur 10,29 g, bedak wajah 0,79 g, dan personal care wanita 1,33 g. Berdasarkan hasil kuesioner, penggunaan produk PKRT dan kosmetik mengandung triclosan oleh responden hanya melalui rute dermal dan per oral. Penentuan kadar triclosan dalam produk PKRT dan kosmetik dilakukan menggunakan modifikasi metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) yang dilaporkan dalam literatur serta didahului oleh verifikasi metode tersebut. Metode tersebut memenuhi semua kriteria keberterimaan parameter verifikasi dengan persamaan regresi kurva kalibrasi y = 19410x + 39153, r = 0,9997, batas deteksi (BD) 1 ?g/ml, batas kuantisasi 3,031 ?g/ml, simpangan baku relatif (SBR) repeatability 1%, serta persen perolehan kembali 97% - 104%. Data kadar triclosan (n = 5) dalam produk PKRT antara lain deterjen 0,024±0,0003%, pewangi pakaian 0,029±0,002%, dan pembersih tangan 0,323 ±0,003%. Sedangkan prosentase kadar triclosan dalam produk kosmetik antara lain personal care wanita 0,083±0,001%, deodorant 0,041±0,0006%, sabun mandi cair antiseptik 0,214±0,004%, masker wajah 0,071±0,0006%, obat kumur 0,125±0,0071%, dan bedak wajah 0,024±0,0004%. Dengan mempertimbangkan aspek keakuratan, untuk menghitung tingkat paparan digunakan data bobot badan rata-rata dari Kementrian Kesehatan serta kuantitas produk pada sekali penggunaan dari eksperimen penggunaan produk. Tingkat paparan akumulatif triclosan melalui rute dermal dari berbagai produk (deterjen, pewangi pakaian, pembersih tangan, sabun mandi cair antiseptik, deodorant, masker wajah, bedak wajah, personal care wanita) sebesar 0,0044 mg/kg BB/hari, sedangkan tingkat paparan akumulatif melalui rute per oral (obat kumur) sebesar 0,0003 mg/kg BB/hari, sehingga paparan total triclosan sebesar 0,0047 mg/kg BB/hari. Untuk menghitung karakterisasi risiko triclosan pada populasi yang dikaji digunakan nilai TDI triclosan paling sensitif dan konklusif yang dilaporkan dalam literatur sebesar 0,12 mg/kg BB/hari. Persentase tingkat paparan total triclosan melalui penggunaan produk PKRT dan kosmetik pada populasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi terhadap nilai TDI tersebut sebesar 3,9%, sehingga masih berada pada tingkat yang aman.
format Dissertations
author Rusdiana, Nita
spellingShingle Rusdiana, Nita
RISK ASSESSMENT OF TRICLOSAN THROUGH HOUSEHOLD PRODUCT AND COSMETIC APPLICATION IN THE JABODETABEK AREA
author_facet Rusdiana, Nita
author_sort Rusdiana, Nita
title RISK ASSESSMENT OF TRICLOSAN THROUGH HOUSEHOLD PRODUCT AND COSMETIC APPLICATION IN THE JABODETABEK AREA
title_short RISK ASSESSMENT OF TRICLOSAN THROUGH HOUSEHOLD PRODUCT AND COSMETIC APPLICATION IN THE JABODETABEK AREA
title_full RISK ASSESSMENT OF TRICLOSAN THROUGH HOUSEHOLD PRODUCT AND COSMETIC APPLICATION IN THE JABODETABEK AREA
title_fullStr RISK ASSESSMENT OF TRICLOSAN THROUGH HOUSEHOLD PRODUCT AND COSMETIC APPLICATION IN THE JABODETABEK AREA
title_full_unstemmed RISK ASSESSMENT OF TRICLOSAN THROUGH HOUSEHOLD PRODUCT AND COSMETIC APPLICATION IN THE JABODETABEK AREA
title_sort risk assessment of triclosan through household product and cosmetic application in the jabodetabek area
url https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/53763
_version_ 1822929416320188416
spelling id-itb.:537632021-03-10T08:32:24ZRISK ASSESSMENT OF TRICLOSAN THROUGH HOUSEHOLD PRODUCT AND COSMETIC APPLICATION IN THE JABODETABEK AREA Rusdiana, Nita Indonesia Dissertations risk assessment, exposure study, risk characteristics, triclosan, PKRT, cosmetics INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/53763 Triclosan (5–chloro–2–(2,4–dichlorophenoxy) phenol) merupakan senyawa biosida yang sering ditambahkan ke dalam berbagai produk perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) dan kosmetik yang digunakan secara luas oleh masyarakat. Sesuai ketentuan regulasi di Indonesia, triclosan termasuk ke dalam zat pengawet yang diizinkan digunakan dalam beberapa produk kosmetik dengan batas maksimum penggunaan sebesar 0,3% serta sebagai komponen aktif dalam beberapa produk PKRT seperti bahan pencuci, bahan pembersih, antiseptik, dan disinfektan. Triclosan merupakan zat dengan risiko paparan tinggi dan berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan pada populasi yang terpapar. Namun demikian, hal tersebut hanya bisa diperkirakan bila karakteristik risiko penggunaan triclosan telah diketahui secara kuantitatif. Perhitungan karakteristik risiko kuantitatif memerlukan data karakteristik bahaya (hazard characteristic) dan tingkat paparan nyata pada populasi terpapar. Populasi yang dikaji merupakan warga yang tinggal di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (JABODETABEK). Wilayah ini dapat merepresentasikan Indonesia dari segi penggunaan produk PKRT dan Kosmetik. Populasi di wilayah ini diasumsikan lebih banyak dan lebih sering menggunakan produk PKRT dan kosmetik, sehingga paparannya akan lebih tinggi dibanding wilayah lain di Indonesia. Dalam pelaksanaan kajian paparan lebih aman menggunakan populasi dengan tingkat paparan lebih tinggi (overestimate) daripada menggunakan populasi dengan tingkat paparan rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model kajian paparan (exposure assessment) triclosan yang sesuai dan dapat diaplikasikan untuk menghitung tingkat paparan aktual triclosan melalui penggunaan produk PKRT dan kosmetik sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan karakterisktik risiko (risk characteristic) / dampak triclosan terhadap kesehatan publik di Indonesia. Penelitian ini meliputi beberapa tahap, sesuai dengan langkah-langkah dalam melakukan kajian paparan (exposure assessment) dan diawali dari pencarian data secara online, mencakup identifikasi berbagai produk PKRT dan kosmetik yang mengandung triclosan berdasarkan data pada label produk. Data produk PKRT dan kosmetik yang mengandung triclosan juga dikonfirmasi melalui observasi lapangan langsung di tempat penjualan produk tersebut. Tahap tersebut diikuti oleh penyebaran kuesioner, baik secara online maupun langsung kepada responden yang didesain untuk mendapatkan data karakteristik responden serta data penggunaan berbagai produk PKRT dan kosmetik oleh konsumen, khususnya yang merupakan faktor-faktor spesifik populasi yang dikaji. Bobot badan, frekuensi dan durasi penggunaan, serta kuantitas produk PKRT dan kosmetik pada sekali penggunaan merupakan faktor-faktor spesifik populasi yang diperlukan. Data terkait durasi penggunaan serta kuantitas produk pada sekali penggunaan di-cross check dengan eksperimen penggunaan produk tersebut oleh sukarelawan. Pada tahap berikutnya dilakukan penentuan kadar triclosan dalam sampel produk PKRT dan kosmetik menggunakan metode KCKT yang didahului dengan verifikasi metode tersebut. Pada tahap akhir, data bobot badan, frekuensi dan durasi penggunaan, kuantitas produk PKRT dan kosmetik pada sekali penggunaan, serta data kadar triclosan digunakan untuk menghitung tingkat paparan triclosan menggunakan model umum yang dilaporkan dalam literatur. Data tingkat paparan triclosan yang diperoleh, selanjutnya dibandingkan dengan nilai TDI triclosan dan dinyatakan sebagai persentase terhadap nilai TDI. Persentase tersebut menyatakan karakter risiko triclosan pada populasi yang dikaji. Dari hasil pencarian secara online diketahui terdapat 5 (lima) produk PKRT dan 31 (tiga puluh satu) produk kosmetik yang mengandung triclosan. Dari observasi lapangan langsung, terkonfirmasi 3 (tiga) produk PKRT dan 6 (Enam) produk kosmetik mengandung triclosan yang beredar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Untuk keperluan pengujian secara laboratorium, dilakukan pengumpulan dan pembelian produk tersebut sebagai sampel, mencakup produk deterjen, pembersih tangan, pewangi pakaian, masker wajah, sabun mandi cair antiseptik, bedak wajah, obat kumur, deodorant, dan sediaan personal care wanita. Melalui penyebaran kuesioner diketahui rata-rata berat badan populasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi sebesar 58,38 kg untuk wanita dan 74,38 kg untuk pria atau rata-rata keseluruhan 66,38 kg. Sedangkan, menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, berat badan pria 60 kg dan berat badan wanita 55 kg, sehingga rata-rata berat badan orang Indonesia yaitu 57,5 kg. Frekuensi penggunaan produk PKRT yaitu 1 kali per hari untuk deterjen, pewangi pakaian, dan pembersih tangan, serta produk kosmetik yaitu 1 kali per hari untuk masker wajah, deodorant, obat kumur, dan bedak, 2 kali per hari untuk sabun mandi cair, dan 0,7 kali per hari untuk personal care wanita. Berdasarkan hasil kuesioner kuantitas produk sekali pakai yaitu deterjen sebanyak 28,0 g, pewangi pakaian 20,9 g, pembersih tangan 0,5 g, sabun mandi cair antiseptik 10,3 g, masker wajah 13,8 g, deodorant 0,03 g, obat kumur 14,2 g, bedak wajah 0,3 g, dan personal care wanita 1,5 g, sedangkan berdasarkan hasil eksperimen penggunaan produk, deterjen sebanyak 28,8 g, pewangi pakaian 9,66 g, pembersih tangan 2,28 g, sabun mandi cair antiseptik 10,09 g, masker wajah 22,52 g, deodorant 0,88 g, obat kumur 10,29 g, bedak wajah 0,79 g, dan personal care wanita 1,33 g. Berdasarkan hasil kuesioner, penggunaan produk PKRT dan kosmetik mengandung triclosan oleh responden hanya melalui rute dermal dan per oral. Penentuan kadar triclosan dalam produk PKRT dan kosmetik dilakukan menggunakan modifikasi metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) yang dilaporkan dalam literatur serta didahului oleh verifikasi metode tersebut. Metode tersebut memenuhi semua kriteria keberterimaan parameter verifikasi dengan persamaan regresi kurva kalibrasi y = 19410x + 39153, r = 0,9997, batas deteksi (BD) 1 ?g/ml, batas kuantisasi 3,031 ?g/ml, simpangan baku relatif (SBR) repeatability 1%, serta persen perolehan kembali 97% - 104%. Data kadar triclosan (n = 5) dalam produk PKRT antara lain deterjen 0,024±0,0003%, pewangi pakaian 0,029±0,002%, dan pembersih tangan 0,323 ±0,003%. Sedangkan prosentase kadar triclosan dalam produk kosmetik antara lain personal care wanita 0,083±0,001%, deodorant 0,041±0,0006%, sabun mandi cair antiseptik 0,214±0,004%, masker wajah 0,071±0,0006%, obat kumur 0,125±0,0071%, dan bedak wajah 0,024±0,0004%. Dengan mempertimbangkan aspek keakuratan, untuk menghitung tingkat paparan digunakan data bobot badan rata-rata dari Kementrian Kesehatan serta kuantitas produk pada sekali penggunaan dari eksperimen penggunaan produk. Tingkat paparan akumulatif triclosan melalui rute dermal dari berbagai produk (deterjen, pewangi pakaian, pembersih tangan, sabun mandi cair antiseptik, deodorant, masker wajah, bedak wajah, personal care wanita) sebesar 0,0044 mg/kg BB/hari, sedangkan tingkat paparan akumulatif melalui rute per oral (obat kumur) sebesar 0,0003 mg/kg BB/hari, sehingga paparan total triclosan sebesar 0,0047 mg/kg BB/hari. Untuk menghitung karakterisasi risiko triclosan pada populasi yang dikaji digunakan nilai TDI triclosan paling sensitif dan konklusif yang dilaporkan dalam literatur sebesar 0,12 mg/kg BB/hari. Persentase tingkat paparan total triclosan melalui penggunaan produk PKRT dan kosmetik pada populasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi terhadap nilai TDI tersebut sebesar 3,9%, sehingga masih berada pada tingkat yang aman. text