EFFECT OF THE PIPELINE DIAMETER AND MASS FLOW ON CO2 PIPELINE TRANSPORT UNDER SUPERCRITICAL AND GASEOUS FLOW CONDITIONS

Setelah penandatangan Paris Agreement, Singapura ingin mencapai net-zero emission pada pertengahan abad ini. Akibatnya, desain pipa yang tepat harus sesuai dengan prediksi kenaikan pembangunan pipa CO2 setelah CO2 ditampung. Selama bertahun-tahun, pipa CO2 telah digunakan. Transportasi CO2 dengan me...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Eliezer Mileota, Christian
Format: Final Project
Language:Indonesia
Subjects:
Online Access:https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/66163
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Institut Teknologi Bandung
Language: Indonesia
Description
Summary:Setelah penandatangan Paris Agreement, Singapura ingin mencapai net-zero emission pada pertengahan abad ini. Akibatnya, desain pipa yang tepat harus sesuai dengan prediksi kenaikan pembangunan pipa CO2 setelah CO2 ditampung. Selama bertahun-tahun, pipa CO2 telah digunakan. Transportasi CO2 dengan menggunakan pipa akan sangat mempengaruhi emisi CO2 Singapura karena mampu mentransport CO2 dalam jumlah besar dengan biaya rendah dan dapat diimplementasikan di Singapura. Biasanya, pipa CO2 dirancang dengan asumsi CO2 murni, meskipun biasanya mengandung kotoran, yang mempengaruhi tekanan kritis, suhu kritis, perilaku fasa, dan perubahan tekanan dan suhu di dalam pipa. Lebih banyak pipa CO2 direncanakan akan dipasang untuk membantu proyek-proyek CCS dan mengurangi emisi karbon dalam dekade berikutnya. Untuk mendapatkan desain yang paling efisien, diameter pipa dan laju aliran massa pipa harus ditentukan. Studi ini akan mengkaji desain pipa CO2 dari Pulau Jurong di Singapura ke lapangan Arun di Sumatera Utara. CO2 ditangkap power, refining, dan industry petrokimia yang terletak di Pulau Jurong menggunakan teknologi post-combustion carbon capture. CO2 tersebut kemudian akan ditransport ke lapangan Arun di Sumatera Utara menggunakan pipa untuk penggunaan komersial di Indonesia, seperti CCS. Biasanya, CO2 yang ditangkap berada dalam fase subkritis, sedangkan CO2 jauh di bawah tanah berada dalam fase superkritis karena panas (suhu yang tinggi) dan tekanan panas bumi yang tinggi. Studi ini akan merancang pipa CO2 yang diangkut dalam fase superkritis dan gas. Kemudian, hasilnya akan diamati untuk melihat desain mana yang lebih baik dan lebih efisien. 2 Studi ini akan membahas bagaimana diameter pipa memengaruhi transport CO2 dan mencari maksimal laju transportasi massa untuk mengangkut CO2 dari Pulau Jurong di Singapura ke lapangan Arun di Sumatera Utara.