LOGISTIK UDARA VAKSIN COVID-19 DARI PERSPEKTIF OPERASI MILITER SELAIN PERANG DI PAPUA
COVID-19 adalah pandemi global yang sedang terjadi yang menyebabkan 1.566.995 kasus terkonfirmasi, 109.958 kasus aktif dengan 42.530 kematian akibat virus per 4 April 2021. Karena gawatnya dampak pandemi, pemerintah Indonesia telah menetapkan Pandemi COVID-19 sebagai bencana nasional kategori non...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Final Project |
Language: | Indonesia |
Online Access: | https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/66182 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Institut Teknologi Bandung |
Language: | Indonesia |
Summary: | COVID-19 adalah pandemi global yang sedang terjadi yang menyebabkan
1.566.995 kasus terkonfirmasi, 109.958 kasus aktif dengan 42.530 kematian akibat
virus per 4 April 2021. Karena gawatnya dampak pandemi, pemerintah Indonesia
telah menetapkan Pandemi COVID-19 sebagai bencana nasional kategori non
alam. Upaya yang dapat ditempuh untuk memerangi pandemi ini adalah
penyebaran vaksin COVID-19. Untuk memastikan pencapaian target program
vaksinasi yang optimal, sistem logistik yang kuat harus disiapkan. Namun, kondisi
infrastruktur logistik Indonesia secara umum dapat dikatakan buruk sehingga
berdampak pada rendahnya kinerja logistik negara tersebut. Papua merupakan
salah satu wilayah di Indonesia dengan hambatan logistik yang tinggi karena
tantangan geografis dan infrastruktur yang buruk akan menghambat upaya
vaksinasi provinsi tersebut. Fungsi Operasi Militer Selain Perang (OMSP) TNI,
dengan segala kekurangannya, dibedah sebagai opsi solusi dalam penelitian ini
dan akan menganalisis peran dan potensinya jika opsi tersebut dipilih. Analisis
kualitatif menunjukkan bahwa TNI akan memiliki 3 peran selama OMSP, seperti
menyediakan logistik pengiriman vaksin melalui udara; melindungi personel dan
prasarana yang terlibat dalam upaya vaksinasi; dan sebagai tenaga tambahan
dalam upaya vaksinasi. TNI berpotensi menjawab peran tersebut dengan biaya
operasional dan biaya tenaga kerja (garnisun) sebagai berikut: Cost per Flight
Hour (CPFH) untuk target 2 dosis sebesar USD 576/jam terbang dan untuk target
3 dosis sebesar USD 577/jam terbang, serta membutuhkan garnisun antara
minimal 280 tentara dan maksimal 1400 (bergantung zona) tentara untuk siklus
satu hari per zona wilayah. |
---|