MODELING AND ECONOMIC MODEL FOR CO2 INJECTION SHARING CONTRACT FOR E-CBM
Pemerintah Indonesia memiliki target produksi gas sebesar 1 BSCFD pada tahun 2030. Namun secara paralel, dalam mencapai emisi net-zero pada tahun 2050 karena Perjanjian Paris, Indonesia harus mengurangi emisi gas atmosfer. Injeksi CO2 ke dalam reservoir batubara yang dikenal sebagai CO2 Enchanced...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Final Project |
Language: | Indonesia |
Subjects: | |
Online Access: | https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/66239 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Institut Teknologi Bandung |
Language: | Indonesia |
Summary: | Pemerintah Indonesia memiliki target produksi gas sebesar 1 BSCFD pada tahun 2030. Namun secara paralel,
dalam mencapai emisi net-zero pada tahun 2050 karena Perjanjian Paris, Indonesia harus mengurangi emisi gas
atmosfer. Injeksi CO2 ke dalam reservoir batubara yang dikenal sebagai CO2 Enchanced Coalbed Methane (CO2-
E-CBM) memiliki potensi untuk penyimpanan CO2 dan untuk meningkatkan pemulihan gas. Strategi ini mungkin
menjadi salah satu opsi pengurangan CO2 sambil memungkinkan pemanfaatan bahan bakar fosil secara
berkelanjutan. Namun, peningkatan pemulihan metana biasanya ditambah dengan peningkatan biaya ekonomi
membuat proyek ini tidak menarik. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi dan penelitian untuk mengevaluasi
CO2-E-CBM yang layak secara teknis dan ekonomis.
Tugas Akhir ini difokuskan untuk menganalisis model dan model ekonomi kontrak injeksi CO2 untuk E-CBM
menggunakan Production Sharing Contract (PSC) yang berlaku di Indonesia, sedangkan manfaat CO2 yang
disimpan dihitung menggunakan modifikasi Production Sharing Contract (PSC) menjadi Injection Sharing
Contract (ISC)). Makalah ini bertujuan untuk menemukan model ekonomi yang paling menguntungkan dan
skenario terbaik untuk menginjeksikan CO2 ke reservoir metana lapisan batubara.
Studi simulasi reservoir dilakukan selama 20 tahun produksi dan injeksi CO2 dengan melakukan simulasi
menggunakan CMG GEM. Beberapa sensitivitas laju injeksi dilakukan untuk mengetahui pengaruh laju injeksi
terhadap kapasitas penyimpanan dan kinerja keuangan. Studi kontrak model ekonomi mengacu pada model
kontrak migas yang ada di Indonesia. Untuk produksi gas digunakan Production Sharing Contract, sedangkan
Untuk penyimpanan CO2, skema kontrak Injection Sharing didasarkan pada modifikasi Production Sharing
Contract (PSC) Cost Recovery dan PSC Gross Split, sehingga terjadi Injection Sharing Cost Recovery dan
Injection Sharing Kontrak Dimodifikasi Gross Split.
Berdasarkan analisis teknis, serangkaian sensitivitas laju injeksi menjelaskan skenario terbaik untuk CO2-ECBM.
Skenario 35 laju injeksi MSCFD dipilih sebagai skenario terbaik. Scenario ini dipilih berdasarkan skenario
yang memberikan recovery gas metana tertinggi, nilai simpanan CO2 tertinggi dan terobosan gas injectant pada
sumur produksi tidak lebih dari 7%. Skenario terbaik memberikan rasio penggantian molekul CO2 terhadap
molekul metana adalah 1,7:1 (dibulatkan 2:1). Skenario ini dilanjutkan dengan perhitungan ekonomi dan studi
sensitivitas untuk beberapa parameter fiskal untuk menemukan model kontrak yang paling menguntungkan.
Dari hasil perhitungan keekonomian, Dari hasil keekonomian, dengan hanya menggunakan Kontrak Bagi Hasil,
proyek E-CBM tidak menguntungkan secara ekonomis. Hal ini dikarenakan adanya biaya pemboran sumur
tambahan sebagai sumur injeksi dan biaya operasi injeksi. Tetapi ketika Kontrak Bagi Hasil digabungkan dengan
Kontrak Bagi Hasil, baik untuk skema Cost Recovery dan Gross Split, proyek E-CBM menjadi lebih
menguntungkan secara ekonomi karena keuntungan finansial tambahan dari insentif penyimpanan CO2 yang
terkait dengan injeksi CO2. Model Gross Split memberikan pengembalian ekonomi yang lebih baik bagi
kontraktor. Sensitivitas ekonomi menunjukkan bahwa beberapa parameter seperti harga CO2, harga gas, dan
CAPEX sangat mempengaruhi perekonomian. |
---|