METODE BARU UNTUK MENGAWASI ESP DENGAN PARAMETER PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS - HOTELLING'S T2
Electrical submersible pump (ESP) adalah salah satu metode pengangkatan buatan yang umum digunakan di lapangan minyak tua. Mempertimbangkan jejak permukaannya yang lebih kecil dan kemampuannya untuk mendukung tingkat produksi yang lebih tinggi dengan pemotongan air yang lebih tinggi daripada metod...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Final Project |
Language: | Indonesia |
Subjects: | |
Online Access: | https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/73340 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Institut Teknologi Bandung |
Language: | Indonesia |
Summary: | Electrical submersible pump (ESP) adalah salah satu metode pengangkatan buatan yang umum digunakan di
lapangan minyak tua. Mempertimbangkan jejak permukaannya yang lebih kecil dan kemampuannya untuk
mendukung tingkat produksi yang lebih tinggi dengan pemotongan air yang lebih tinggi daripada metode
pengangkatan buatan lainnya, peralatan ini sering dipilih untuk pengangkatan buatan untuk sumur minyak di
beberapa titik dalam siklus hidupnya. Namun, biaya yang terkait dengan kegagalan pompa dan pengerjaan
ulang diperkirakan mencapai jutaan dolar setiap tahunnya jika hal itu terjadi. Menjadi sangat penting untuk
memantau pompa secara real-time untuk mencegah kegagalan pompa yang akan datang.
Ammeter chart adalah alat diagnostik paling awal untuk kinerja ESP. Setelah itu dilakukan pengukuran
downhole untuk mendapatkan kondisi downhole yang lebih presisi. Selain itu, untuk alat diagnostik yang lebih
andal, operator sering menggabungkan ammeter chart, data sensor downhole, dan data uji sumur. Namun, ada
banyak informasi yang harus dievaluasi untuk satu pompa pada satu waktu. Untuk satu pompa saja, tujuh
parameter harus dievaluasi yaitu rata-rata ampere, laju aliran, temperatur motor, temperatur intake, tekanan
discharge, tekanan intake, dan getaran. Jika satu pompa diperlukan untuk mengevaluasi tujuh parameter, maka
untuk seluruh bidang, katakanlah 300 sumur, diperlukan untuk mengevaluasi 2.100 parameter sekaligus.
Pada penelitian ini dibangun sebuah algoritma untuk menghasilkan parameter tunggal yang dapat digunakan
untuk mendeteksi kondisi operasi pompa normal atau tidak. Ketujuh parameter pompa digunakan sebagai
masukan pada algoritma, kemudian algoritma menghasilkan parameter tunggal dalam satu waktu. Oleh karena
itu, untuk memantau lapangan dengan 300 sumur, hanya diperlukan evaluasi 300 parameter, tujuh kali lebih
sedikit dari cara konvensional.
Penelitian ini menggunakan empat belas dataset dari empat belas sumur berbeda di salah satu lapangan di
Indonesia. Model diverifikasi dengan kondisi pompa sebenarnya, kemudian hasil model dibandingkan dengan
ammeter chart dan sensor downhole. Pada akhir studi, real-time electrical submersible pump monitoring dashboard disimulasikan dengan salah satu dataset. Studi ini menyimpulkan bahwa parameter baru ini sama
sensitifnya dengan sensor downhole tetapi mudah dipantau seperti ammeter chart. |
---|