Pengaruh Kombinasi Tablet Fraksi Etil Asetat Sambiloto Dan Dihidroartemisinin-Piperakuin Terhadap Ekspresi Ifn-Γ, Tnf-Α, Il-10, Jumlah Parasit Plasenta Dan Morfologi Janin Mencit Bunting Yang Diinfeksi Plasmodium Berghei
Latar belakang: Pengembangan obat antimalaria yang efektif dan aman untuk terapi malaria pada kehamilan sangat diperlukan. Model terapi kombinasi dari bahan alam seperti sambiloto (Andrographis paniculata) dengan dihidroartemisinin-piperakuin (DHP) diharapkan dapat menjadi satu alternatif untuk m...
Saved in:
Summary: | Latar belakang: Pengembangan obat antimalaria yang efektif dan aman untuk terapi
malaria pada kehamilan sangat diperlukan. Model terapi kombinasi dari bahan alam seperti
sambiloto (Andrographis paniculata) dengan dihidroartemisinin-piperakuin (DHP)
diharapkan dapat menjadi satu alternatif untuk meningkatkan efektifitas terapi, mengurangi
toksisitas, dan mencegah terjadinya resistensi pada obat standar malaria.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah meneliti efek dari kombinasi tablet fraksi etil asetat
sambiloto (FEAS) dengan DHP terhadap aktivitas antimalaria di plasenta, dan
pengaruhnya terhadap sistem imun (IFN-γ, TNF-α, dan IL-10) di plasenta serta efeknya
terhadap morfologi janin.
Metode: 30 ekor mencit BALB/c bunting terinfeksi P. berghei dibagi dalam 6 kelompok,
K1, K2, K3, K4, K5 dan K6 dengan randomisasi. K1 adalah kelompok kontrol negatif
diberi plasebo CMC Na; K2 diberi tablet FEAS; K3 diberi tablet DHP. Kelompok K4 diberi
kombinasi pertama dari tablet FEAS dan DHP; K5 diberi kombinasi kedua dari tablet
FEAS dan DHP; K6 diberi kombinasi ketiga dari tablet FEAS dan DHP. Selama terapi
diambil sampel darah tepi untuk menghitung parasitemia. Sampel jaringan plasenta
diambil untuk diperiksa ekspresi IFNγ, TNF-α, IL-10, jumlah parasit plasenta dan
morfologi janin.
Hasil: K4 dan K5 mampu menghambat ekspresi IFN-γ, dan IL-10, sedangkan ekspresi
TNF-α tidak berbeda dengan kelompok kontrol. Pada K6 tidak tampak penghambatan
terhadap ekspresi IFN-γ dan IL-10, dan TNF-α. Pemberian kombinasi pertama, kedua dan
ketiga dari tablet FEAS dan DHP mampu menurunkan jumlah parasit di perifer dan
plasenta secara signifikan, namun pengaruhnya pada janin menimbulkan abnormalitas
morfologi. Persentase abnormalitas morfologi paling rendah terdapat pada K4. K2 tidak
mengalami abnormalitas morfologi janin.
Kesimpulan: Kelompok kombinasi pertama (K4) merupakan kelompok kombinasi yang
lebih potensial dibandingkan dua kelompok kombinasi lainnya. Perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan menaikkan dosis tablet FEAS pada kelompok kombinasi pertama dari
tablet FEAS dan DHP ini sehingga didapatkan model terapi kombinasi yang aman dan
efektif untuk pengobatan malaria plasenta. |
---|