Potensi Entomopatogen Lokal Bacillus sp. Sebagai Biolarvasida Aedes aegypti
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan masih erupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia. Usaha untuk mengatasi masalah DBD masih belum memuaskan. Penggunaan insektisida kimiawi telah menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup, resi...
Saved in:
Summary: | Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan masih erupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia. Usaha untuk mengatasi masalah DBD masih belum memuaskan. Penggunaan insektisida kimiawi telah menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup, resistensi serangga target, dan membunuh serangga non-target. Para ahli menyarankan penggunaan bioinsektisida dan terus mencari agen pengendali hayati sebagai salah satu pilihan untuk pengendalian terpadu vektor penyakit, karena sasaran lebih spesifik, lebih aman dan berwawasan lingkungan. Salah satu agen hayati yang perlu dicari dan dikembangkan adalah bakteri entomopatogenik lokal dari marga Bacillus. Penelitian dirancang bertahap bertujuan untuk menemukan bioinsektisida berbahan baku bakteri Bacillus sp. meliputi isolasi, uji potensi, karakterisasi fenotipik, dan karakterisasi genetik isolat yang diduga B. thuringiensis dari hasil karakterisasi fenotipik entomopatogen lokal Bacillus sp. (tahap I), isolat terpilih B. thuringiensis hasil karakterisasi genetik dilakukan uji toksisitas (uji hayati), deteksi gen penyandi toksin, deteksi struktur toksin, dan uji aktivitas hemolitik (tahap II), dan diteruskan uji coba persistensi toksisitas dan uji keamanan in vitro di tempat penampung air (TPA) perindukan Ae. aegypti (tahap III). Pada penelitian ini telah berhasil menemukan 9 isolat potensial entomopatogen lokal (indigenous) dari marga Bacillus sp. yang diisolasi dari lingkungan alamiah, domestik dan larva Ae. aegypti. Berdasarkan karakterisasi fenotipik dikategorikan 5 isolat sebagai B. thuringiensis dan 4 isolat B. sphaericus dengan indek kesamaan tertentu. Dari 5 isolat yang diduga B. thuringiensis potensial tinggi, berdasarkan karakteristik genetik ada 4 jenis, yaitu B. thuringiensis, B. subtilis, B. velezensis, dan B. mojavensis. Hasil uji hayati B. thuringiensis BK5.2 terbukti memiliki toksisitas tinggi terhadap larva Ae. aegypti, yaitu LC50 dan LT50, masing masing 8,26 x 107 ± 7,62 x 106 CFU/mL dan 19,0 ± 1,1 jam, terdeteksi gen penyandi toksin inklusi paraspora 305 bp diduga toksin Cry11 (Cry4D) dengan ultrastruktur protein sebagian besar berbentuk flatkuboidal, dan menunjukkan uji aktivitas hemolitik positif. Persistensi toksisitas B. thuringiensis BK5.2 kultur cair berisi 10% sel be-endospora mampu bertahan 1 minggu dan aman terhadap organisme non target di TPA perindukan Ae. aegypti. Peneliti merekomendasikan untuk pengembangan formula dan optimalisasi media untuk perbanyakan kultur endospora, agar persistensi dan toksisitas B. thuringiensis BK5.2 optimal di TPA, dan pemeriksaan histologis terhadap larva mati akibat terpapar oleh masing masing Bacillus sp.. Penelitian lebih lanjut terhadap 3 spesies lainnya (B. subtilis, B. velezensis, B. mojavensis) juga perlu dilakukan dalam perannya sebagai agen hayati vektor penyakit maupun hama dan penyakit tanaman. Pada karakterisasi fenotipik juga telah ditemukan 3 isolat yang diduga sebagai B. sphaericus dan perlu dilakukan karakterisasi genetik untuk penetapan nama spesies, karena bakteri tersebut juga telah terbukti berperan penting dalam pengendalian hayati vektor penyakit. |
---|