Altruisme Kosmopolitan Ingos: Studi Kasus Keterlibatan IEF dalam Pemberdayaan Masyarakat Adat di Mentawai, Indonesia
Dalam kajian Hubungan Internasional, masyarakat adat memiliki posisi yang tergolong unik karena dianggap sebagai kelompok marjinal baik dalam sistem internasional maupun di lingkup nasional. Di Indonesia, seperti halnya di sejumlah negara lain, masyarakat adat umumnya tidak bisa berharap pada negara...
Saved in:
Summary: | Dalam kajian Hubungan Internasional, masyarakat adat memiliki posisi yang tergolong unik karena dianggap sebagai kelompok marjinal baik dalam sistem internasional maupun di lingkup nasional. Di Indonesia, seperti halnya di sejumlah negara lain, masyarakat adat umumnya tidak bisa berharap pada negara dan lebih memilih percaya pada aktor-aktor non-negara seperti NGOs untuk memperjuangkan hak-hak atas lahan maupun kelestarian budayanya. NGOs lokal yang bergerak dalam bidang adat di Indonesia kian lama semakin bermunculan, begitu pula dengan INGOs yang berasal dari negara lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan keterlibatan INGOs dalam membantu pelestarian budaya masyarakat adat dengan mengambil studi kasus Indigenous Education Foundation (IEF) di Mentawai, Indonesia. Penulis ingin mengetahui lebih dalam terkait konsep altruisme dan karakter kosmopolit non-state actors seperti INGOs dalam kajian Hubungan Internasional. Jenis penelitian tesis ini adalah penelitian eksploratif dengan menggunakan metode analisis data kualitatif yang bersumber dari data primer maupun sekunder berupa laporan-laporan resmi, video dokumenter, buku, jurnal, artikel berita, dsb. Berdasarkan hasil penelitian, tesis ini menemukan bahwa tidak selamanya INGOs yang beroperasi di negara lain bergerak atas dasar kepentingan nasional negara asalnya atau bergerak sesuai kepentingan pendonornya. Sejumlah INGOs bisa bergerak karena karakter altruisme kosmopolitan. Namun demikian, altruisme dalam hal ini dibatasi oleh sejumlah hal (bounded altruism) seperti pengaruh donor, level kompetisi sesama NGOs/INGOs, faktor supply-demand jasa NGOs, dan lingkungan regulasi birokrasi. Selain itu, kepentingan nasional negara asal INGOs dan juga sektor non-profit serta tingkat altruisme penduduk asal INGOs terkait juga menjadi salah faktor yang ikut berpengaruh. Apabila altruisme tidak begitu terbatas (bounded), maka INGOs dapat bertindak otonom dalam mengimplementasikan program-programnya secara efektif dan berkelanjutan. |
---|