Impoliteness Strategies Present In The Utterances Of The Main Female Characters In Bombshell Movie
Ketidaksantunan adalah bagian dari perilaku linguistik yang tidak dapat dihindari dalam komunikasi dan interaksi sosial. Culpeper, Bousfield, dan Wichmann (2003) mendefinisikan strategi ketidaksantuntan sebagai kumpulan tindakan komunikatif untuk merusak citra dan menciptakan ketidakharmonisan di li...
Saved in:
Summary: | Ketidaksantunan adalah bagian dari perilaku linguistik yang tidak dapat dihindari dalam komunikasi dan interaksi sosial. Culpeper, Bousfield, dan Wichmann (2003) mendefinisikan strategi ketidaksantuntan sebagai kumpulan tindakan komunikatif untuk merusak citra dan menciptakan ketidakharmonisan di lingkungan sosial. Studi ini menganalisa strategi ketidaksantunan yang terdapat dalam ucapan tiga pemain utama wanita dari film Bombshell dan respons lawan bicaranya terhadap ketidaksantunan. Data dari studi ini adalah 83 dialog yang di dalamnya terdapat 83 ucapan tiga pemain utama wanita dan 83 ucapan lawan bicara yang diambil dari naskah film Bombshell. Teori tentang strategi ketidaksantunan oleh Culpeper (1996) dan respons terhadap ketidaksantunan oleh Culpeper, Bousfield, dan Wichmann (2003) digunakan untuk menganalisa data yang ada. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa dari 83 ucapan tiga pemain utama wanita yang mengandung strategi ketidaksantunan, strategi yang ada adalah ketidaksantunan secara langsung (17%), ketidaksantunan positif (36%), ketidaksantunan negatif (24%), sarkasme atau ketidaksantunan semu (22%), dan menahan kesantunan (1%) dengan ketidaksantunan positif sebagai strategi yang paling dominan. Sedangkan, dari 83 ucapan lawan bicara yang mengandung respons terhadap ketidaksantunan, respons yang ditemukan adalah menerima ketidaksantunan (23%), melawan ketidaksantunan: perlawanan defensif (28%) dan perlawanan ofensif (30%), dan tidak merespons (19%) dengan perlawanan ofensif sebagai respons yang paling dominan. Hasil studi ini juga menunjukkan bahwa dalam film, perempuan juga memungkinkan untuk menggunakan strategi ketidaksantunan. Ditambah, dalam menganalisa strategi ketidaksantunan dan responsnya, konteks dan kekuatan lebih penting dibandingkan gender. |
---|