Pengaruh Beberapa Macam Elisitor Terhadap Pembentukan Alkaloid Vinkristina Pada Kultur Kalus Catharanthus roserts (L) G.Don

• Main Authors: Y. Sri Wulan Manuhara,., -, Mulyadi Tandjung, -, Edy Setiti Wida Utami, -
• Format: Monograph NonPeerReviewed
• Language: Indonesian
• Published: MIPA - Biologi 1999
• Subjects: QH301 Biology
• Online Access: https://repository.unair.ac.id/115081/1/kkc%20581%20634%20man%20p%201.pdf; https://repository.unair.ac.id/115081/
• Institution: Universitas Airlangga

Catharanthus roseus (L.)G.Don mengandung bermacarn-macam alkaloid indot yang berguna sebagai anti tumor. Di antara 90 jenis alkalord yang terdapat pada C. roseus terdapat lebih kurang 20 macarn alkaloid indol yana dapat mematikan kanker terutama pada leukernia dan limphorna malignant, yaitu vinblastina dan vinkristina. Beberapa faktor lingkungan, seperti adanya interaksi se1 tanaman dengan organisme lain (hakteri, jamur, serangga dan lain-lain) dapat mempengaruhi pernbentukan metaholit sekunder. Organisme yang dapat merangsang terbentuknya metabolit sekunder tersebut disebut elisitor. Mikroorganisme manakah yang berperan sebagai clisitor biologis dalam pembentukan alkaloid vinkristina pada kultur kalus Catharanthus roseus (L.)G.Don ? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa macam elisitor terhadap pembentukan alkaloid vinkristina pada kultur kalus Catharanthus roseus (L.) G.Don. Penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu (i) kultur kalus dengan perlakuan, dan (2) ekstraksi dan isolasi alkaloid. Kultur kalus mula-mula diturnbubkan pada media MS ditambah 2,4-D dan BAP inasing-masing 1 mg/1. Sctelah 4 minggu disubkultur ke dalam media produksi MS ditambah 1AA dan BAP 1 mg/1 dan sukrosa 40 g/l. Kultur kalus ini kemudian diperlakukan dengan menambahkan spora dari Pseudomonas. Rhizopus oligosphorus dan Aspergilus niger sebagai elisitor, masing-masing satu ose, dan diletakkan di samping kalus (tidak holch bersinggungan dengan kalus). Setiap satu minggu disubkultur dan setelah 4 minggu dipanen. Biomassa yang diperoleh dikeringkan dan ditimbang, kemudian diekstraksi menggunakan metanol dankloroform untuk mendapatkan alkaloid total.. Untuk mengetahui adaltidaknya alkloid vinkristina dalam sampel digunakan kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan pembanding vinkristina standar dan eluen kloroform : aseton : dietilamin (50:40:10).1-lasilnya dilihat dengan penampak noda lampu uv pada panjang gelombang 254 nindan pereaksi Dragendorf. Dari hasil KLT nampak bahwa dari ke empat perlakuan (termasuk kontrol), tiga sampel terdetcksi bercak (noda) coklat tua yang identik dengan noda dari vinkristina standar dengan harga Rf yang sama yaitu 0,91, tetapi intensitas dan luas noda berbeda. B ila dibandingkan secara kualitatif dengan mengukur diameter noda didapatkan kadar vinkristina kalus (1. roseus berturut-turut dari yang tertinggi adalah pada perlakuan dengan elisitor l?. oligosphnrus, Pseudonunws, dan tanpa elisitor. Sedangkan pada perlakuan dengan elisitor A. niger tidak terdeteksi adanya vinkristina. esimpulan dari penetitian ini adalah (1) elisitor R. oligosphorus dan Pseudomonav sp. mampu mempengaruhi pembentukan alkaloid vinkristina kalus C'. roseus (L.) G.Don, (2) elisitor A. niger tidak marnpu mernpengaruhi pembentukan alkaloid vinkristina, (3) dari ketiga macam elisitor tersebut yang menginduksi alkaloid vinkristina paling hanyak adalah R. cligosphorms. Dari hasil penelitian ini diperoleh hahwa pada pemberian elisitor Asperaillus niger didapatkan kadar alkaloid yang tinggi tetapi tidak dijumpai adanya alkaloid vinkristina. Hal ini perle diteliti lebih lanjut untuk mengetahui apakab jenis allzalord yang terdapat dalam kalus (.1. ro•eus yang diberi elisitor A.spergillus niger.