Respon Fisiologis Pemaparan Tembaga (Cu) Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus): Evaluasi Terhadap Regulasi Ionik, Osmotik, Dan Metallothionein Dalam Insang
Tembaga (Cu) adalah logam esensial yang dibutuhkan dalam proses respirasi sel, pertahanan terhadap radikal bebas dan metabolism sel. Namun jika kadarnya tinggi, Cu bersifat toksik karena dapat memproduksi radikal bebas. Mengingat Cu bersifat toksik dan sekaligus esensial, sebagai konsckucnsinya orga...
Saved in:
Main Authors: | , , |
---|---|
Format: | Monograph NonPeerReviewed |
Language: | Indonesian |
Published: |
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
|
Subjects: | |
Online Access: | https://repository.unair.ac.id/115843/1/KKC%20KK%20LP%2025-19%20Soe%20r.pdf https://repository.unair.ac.id/115843/ http://www.lib.unair.ac.id |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | Indonesian |
id |
id-langga.115843 |
---|---|
record_format |
dspace |
spelling |
id-langga.1158432022-04-23T04:15:38Z https://repository.unair.ac.id/115843/ Respon Fisiologis Pemaparan Tembaga (Cu) Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus): Evaluasi Terhadap Regulasi Ionik, Osmotik, Dan Metallothionein Dalam Insang Agoes Soegianto Trisnadi W. C. Putranto Bambang Irawan QK1-989 Botany Tembaga (Cu) adalah logam esensial yang dibutuhkan dalam proses respirasi sel, pertahanan terhadap radikal bebas dan metabolism sel. Namun jika kadarnya tinggi, Cu bersifat toksik karena dapat memproduksi radikal bebas. Mengingat Cu bersifat toksik dan sekaligus esensial, sebagai konsckucnsinya organismc harus dapat menjaga kesimbangannya agar tidak kekurangan maupun kelebihan Cu. Kepekaan organisme terhadap Cu dipengaruhi oleh umur. Organisme muda Iebih peka terhadap defisiensi maupun toksisitas Cu karena peningkatan kebutuhannya untuk pertumbuhan dan karena mereka mempunyai efisiensi yang tinggi dalam menyerap Cu ditambah belum sempurnanya sistem ekskresinya. Peningkatan kegiatan industzi dan penggunaan CuSO4 sebagai fungisida pada kegiatan pertanian serta dalam pengendalian alga dan penyakit dalam kegiatan akuakultur mcnyebabkan kadar Cu dalam perairan meningkat. Peningkatan kadar Cu di lingkungan alami umumnya terdapat dalam konsentrasi sublethal. Peningkatan kadar Cu dapat menyebabkan berbagai gangguan fisiologi, pertumbuhan dan mortalitas pada organisme. Namun demikian dampak Cu terhadap organisme tersebut sering tidak konsisten, karena temyata dalam beberapa kasus dimana konsentrasi Cu yang mematikan hanya menyebabkan gangguan fisiologi yang rittgan pacia organisme. Hal ini dapat terjadi dikarenakan organisme yang hidup dilingkungan yang tercemar Cu sudah beradaptasi dengan lingkungan tersebut, sehingga mereka mempunyai toleransi yang tinggi jika dipapar dengan konsentrasi akut Cu. Di lingkungan alami, logam berat umumnya tcrdapat dalam konsentrasi sublethal. Jika terjadi penccmaran logam berat dalam perairan, organisme air akan mengalami tiga tahap respon terhadap pencemaran tersebut. Pertama tahap shock, kedua tahap recovery (pemulihan), dan ketiga tahap aklimasi dimana organisme mengalatni peningkatan toleransi terhadap pemaparan logam berat yang berkelanjutan. Tahap shock biasanya terjadi kentsakan fisik khususnya kerusakan insang dan gangguan homeostasis fisiologis internal tubuh. Tahap ini umumnya berlangsung singkat (beberapa hari). Kemudian tahap pernu!ihan bersamaan dengan terjadinya peningkatan proses biosintesis (mitosis, sintesis protein) yang membantu memperbaiki kerusakan dan memulihkan gangguan fisiologis. Pada tahap ini produksi protein pengikat logam seperti metallothionein meningkat dan terjadi peningkatan regulasi ion untuk melawan efek merusak dari logam bcrat. Akhirnya fisiologi internal organisme kembali keadaan awal (pre-exposure) d2n keseimbangan baru terbentuk. Pada tahap akhir ini toleransi organisrne terhadap logam menjadi meningkat. Berdasarkan latar helakang di atas, penelitian ini dirancang untuk mengkaji 1) Respon ikan nila stram Jawa Timur (Oreochromis nitulitus) terhadap paparan konscntrasi sublethal Cu, 2) Respon ikan nila terhadap kadar Cu dikaji melalui respon fisiologisnya yaitu perubahan kadar ion Na, dan serta tekanan osmotik serum ikan nila, 3) Respon hematologisnya meliputi sel darah merah, sel darah putih, hemoglobin, dan hematocrit, 4) Respon stress oksidatif dan protein pengikat logam (netallothionein) dan 5) Besamya tingkat akumulasi Cu ke dalam insang sebagai organ yang pertama kali merespon adanya Cu. UNIVERSITAS AIRLANGGA 2018 Monograph NonPeerReviewed text id https://repository.unair.ac.id/115843/1/KKC%20KK%20LP%2025-19%20Soe%20r.pdf Agoes Soegianto and Trisnadi W. C. Putranto and Bambang Irawan (2018) Respon Fisiologis Pemaparan Tembaga (Cu) Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus): Evaluasi Terhadap Regulasi Ionik, Osmotik, Dan Metallothionein Dalam Insang. Laporan Penelitian. UNIVERSITAS AIRLANGGA. (Unpublished) http://www.lib.unair.ac.id |
institution |
Universitas Airlangga |
building |
Universitas Airlangga Library |
continent |
Asia |
country |
Indonesia Indonesia |
content_provider |
Universitas Airlangga Library |
collection |
UNAIR Repository |
language |
Indonesian |
topic |
QK1-989 Botany |
spellingShingle |
QK1-989 Botany Agoes Soegianto Trisnadi W. C. Putranto Bambang Irawan Respon Fisiologis Pemaparan Tembaga (Cu) Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus): Evaluasi Terhadap Regulasi Ionik, Osmotik, Dan Metallothionein Dalam Insang |
description |
Tembaga (Cu) adalah logam esensial yang dibutuhkan dalam proses respirasi sel, pertahanan terhadap radikal bebas dan metabolism sel. Namun jika kadarnya tinggi, Cu bersifat toksik karena dapat memproduksi radikal bebas. Mengingat Cu bersifat toksik dan sekaligus esensial, sebagai konsckucnsinya organismc harus dapat menjaga kesimbangannya agar tidak kekurangan maupun kelebihan Cu. Kepekaan organisme terhadap Cu dipengaruhi oleh umur. Organisme muda Iebih peka terhadap defisiensi maupun toksisitas Cu karena peningkatan kebutuhannya untuk pertumbuhan dan karena mereka mempunyai efisiensi yang tinggi dalam menyerap Cu ditambah belum sempurnanya sistem ekskresinya. Peningkatan kegiatan industzi dan penggunaan CuSO4 sebagai fungisida pada kegiatan pertanian serta dalam pengendalian alga dan penyakit dalam kegiatan akuakultur mcnyebabkan kadar Cu dalam perairan meningkat. Peningkatan kadar Cu di lingkungan alami umumnya terdapat dalam konsentrasi sublethal. Peningkatan kadar Cu dapat menyebabkan berbagai gangguan fisiologi, pertumbuhan dan mortalitas pada organisme. Namun demikian dampak Cu terhadap organisme tersebut sering tidak konsisten, karena temyata dalam beberapa kasus dimana konsentrasi Cu yang mematikan hanya menyebabkan gangguan fisiologi yang rittgan pacia organisme. Hal ini dapat terjadi dikarenakan organisme yang hidup dilingkungan yang tercemar Cu sudah beradaptasi dengan lingkungan tersebut, sehingga mereka mempunyai toleransi yang tinggi jika dipapar dengan konsentrasi akut Cu. Di lingkungan alami, logam berat umumnya tcrdapat dalam konsentrasi sublethal. Jika terjadi penccmaran logam berat dalam perairan, organisme air akan mengalami tiga tahap respon terhadap pencemaran tersebut. Pertama tahap shock, kedua tahap recovery (pemulihan), dan ketiga tahap aklimasi dimana organisme mengalatni peningkatan toleransi terhadap pemaparan logam berat yang berkelanjutan. Tahap shock biasanya terjadi kentsakan fisik khususnya kerusakan insang dan gangguan homeostasis fisiologis internal tubuh. Tahap ini umumnya berlangsung singkat (beberapa hari). Kemudian tahap pernu!ihan bersamaan dengan terjadinya peningkatan proses biosintesis (mitosis, sintesis protein) yang membantu memperbaiki kerusakan dan memulihkan gangguan fisiologis. Pada tahap ini produksi protein pengikat logam seperti metallothionein meningkat dan terjadi peningkatan regulasi ion untuk melawan efek merusak dari logam bcrat. Akhirnya fisiologi internal organisme kembali keadaan awal (pre-exposure) d2n keseimbangan baru terbentuk. Pada tahap akhir ini toleransi organisrne terhadap logam menjadi meningkat. Berdasarkan latar helakang di atas, penelitian ini dirancang untuk mengkaji 1) Respon ikan nila stram Jawa Timur (Oreochromis nitulitus) terhadap paparan konscntrasi sublethal Cu, 2) Respon ikan nila terhadap kadar Cu dikaji melalui respon fisiologisnya yaitu perubahan kadar ion Na, dan serta tekanan osmotik serum ikan nila, 3) Respon hematologisnya meliputi sel darah merah, sel darah putih, hemoglobin, dan hematocrit, 4) Respon stress oksidatif dan protein pengikat logam (netallothionein) dan 5) Besamya tingkat akumulasi Cu ke dalam insang sebagai organ yang pertama kali merespon adanya Cu. |
format |
Monograph NonPeerReviewed |
author |
Agoes Soegianto Trisnadi W. C. Putranto Bambang Irawan |
author_facet |
Agoes Soegianto Trisnadi W. C. Putranto Bambang Irawan |
author_sort |
Agoes Soegianto |
title |
Respon Fisiologis Pemaparan Tembaga (Cu) Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus): Evaluasi Terhadap Regulasi Ionik, Osmotik, Dan Metallothionein Dalam Insang |
title_short |
Respon Fisiologis Pemaparan Tembaga (Cu) Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus): Evaluasi Terhadap Regulasi Ionik, Osmotik, Dan Metallothionein Dalam Insang |
title_full |
Respon Fisiologis Pemaparan Tembaga (Cu) Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus): Evaluasi Terhadap Regulasi Ionik, Osmotik, Dan Metallothionein Dalam Insang |
title_fullStr |
Respon Fisiologis Pemaparan Tembaga (Cu) Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus): Evaluasi Terhadap Regulasi Ionik, Osmotik, Dan Metallothionein Dalam Insang |
title_full_unstemmed |
Respon Fisiologis Pemaparan Tembaga (Cu) Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus): Evaluasi Terhadap Regulasi Ionik, Osmotik, Dan Metallothionein Dalam Insang |
title_sort |
respon fisiologis pemaparan tembaga (cu) pada ikan nila (oreochromis niloticus): evaluasi terhadap regulasi ionik, osmotik, dan metallothionein dalam insang |
publisher |
UNIVERSITAS AIRLANGGA |
publishDate |
2018 |
url |
https://repository.unair.ac.id/115843/1/KKC%20KK%20LP%2025-19%20Soe%20r.pdf https://repository.unair.ac.id/115843/ http://www.lib.unair.ac.id |
_version_ |
1731236809724133376 |