Pengaruh Pemberian Epinefrin Dibanding Kortisol terhadap Jumlah Platelet dan Waktu Protrombin pada Kelinci (Oryctolagus cunniculus) Jantan

Stres merupakan respon tubuh terhadap stresor, terdapat dua jenis stres yaitu stres fisik dan psikis. Stres fisik maupun psikis dapat memicu pengeluaran hormon stres yaitu katekolamin (epinefrin) dan glukokortikoid (kortisol). Epinefrin dan kortisol dapat mempengaruhi proses hemostasis, khususnya ag...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Anis Irmawati, -
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Published: 2004
Subjects:
Online Access:https://repository.unair.ac.id/121122/1/KKA%20KK%20TKD%2019-05%20Irm%20p.pdf
https://repository.unair.ac.id/121122/
http://www.lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Description
Summary:Stres merupakan respon tubuh terhadap stresor, terdapat dua jenis stres yaitu stres fisik dan psikis. Stres fisik maupun psikis dapat memicu pengeluaran hormon stres yaitu katekolamin (epinefrin) dan glukokortikoid (kortisol). Epinefrin dan kortisol dapat mempengaruhi proses hemostasis, khususnya agregasi platelet. Agregasi platelet membutuhkan jumlah platelet yang cukup, demikian pula dengan pembentukan benang-benang fibrin. Waktu yang dibutuhkan untuk membentuk fibrin dapat ditentukan dengan waktu protrombin. Pengaruh epinefrin terhadap agregasi platelet adalah melalui ikatannya dengan a2AR (reseptor adrenergik c 2 ), sedang pengaruh kortisol terhadap agregasi platelet dengan cara menurunkan kadar Mg plasma sehingga akan terjadi peningkatan kadar Ca2+ plasma. Rancangan penelitian adalah The Pretest-Posttest Control Group Design. Hewan coba yang digunakan adalah kelinci Oryctolagus cuniculus, jenis kelamin jantan dengan usia sekitar 1 tahun dan berat badan sekitar 1 kg; dibagi acak dalam 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 7 ekor. Perlakuan yang diberikan adalah epinefrin dosis 0,01 mg/ml/kg BB dan pemberian kortisol dosis 4 mg/ml/kg BB; perlakuan hanya diberikan sekali. Pengambilan data pretest dilakukan pada ketiga kelompok perlakuan, sedang pengambilan data posttest dilakukan 15 menit (15') dan 30 menit (30') setelah perlakuan sesuai dengan peak level obat. Analisis deskriptif pada variabel tergantung jumlah platelet kelompok epinefrin adalah Pre = 265,71 ± 139,83/141; 15' = 160,00 ± 64,234d; 30' = 237,14 ± 126,784d; kelompok kortisol Pre = 212,00 ± 34,02/g1; 15' = 220,40 ± 60,69411; 30' = 184,00 ± 84,22411; kelompok'plasebo Pre = 195,83 ± 51,35411; 15' = 274,17 ± 77,03/g1; 30' = 269,17 ± 93,83/pl. Pada variabel tergantung waktu protrombin kelompok epinefrin Pre = 9,867 ± 2,166 detik; 15' = 7,000 ± 1,000 detik; 30' = 7,817 ± 1,102 detik; kelompok kortisol Pre = 10,117 ± 2,782 detik; 15' — 7,550 ± 2,046 detik; 30' = 6,286 ± 1,272 detik; kelompok plasebo Pre = 8,129 ± 1,423 detk; 15' = 8,800 ± 1,229 detilz; 30' = 7,929 ± 1,029 detik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah pemberian epinefrin terdapat penurunan jumlah platelet secara signifikan (p = 0,017) dan waktu protrombin cenderung signifikan (p = 0,050) pada menit ke-15; pemberian kortisol terdapat penurunan jumlah platelet cenderung signifikan (p = 0,050) dan waktu protrombin secara signifikan (p = 0,017) pada menit ke-30. Namun tidak terdapat perbedaan pengaruh epinefrin dan kortisol terhadap jumlah platelet (hasil analisis Anova : perbedaan signifikan terdapat antara kelompok epinefrin dan plasebo, p = 0,028; sedang pada variabel waktu protrombin terdapat perbedaan signifikan antara kelompok epinefrin dan kortisol, p = 0,023).