KUALITAS AIR PADA PEMBENAMAN UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabricus) SKALA RUMAH TANGGA DI CV. PUTRI MANDIRI, BUDURAN, SIDOARJO

Dengan membaiknya perekonomian nasional, upaya untuk meningkatkan pendapatan nasional dan pengentasan kemiskinan bagi masyarakat tani dan nelayan merupakan prioritas utama program pernbangunan pertanian melalui sistem agrobisnis dan agroindustri. Menurut Sutisna dan Sutadi (1993) dengan dihapuskann...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: ENI HANDAYANI, -
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:English
Published: 2000
Subjects:
Online Access:https://repository.unair.ac.id/131888/1/ENI%20HANDAYANI%20069710031-T.pdf
https://repository.unair.ac.id/131888/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: English
Description
Summary:Dengan membaiknya perekonomian nasional, upaya untuk meningkatkan pendapatan nasional dan pengentasan kemiskinan bagi masyarakat tani dan nelayan merupakan prioritas utama program pernbangunan pertanian melalui sistem agrobisnis dan agroindustri. Menurut Sutisna dan Sutadi (1993) dengan dihapuskannya pukat harimau, maka hasil penangkapan di laut menurun drastis. Padahal udang mempakan komoditi ekspor non migas yang tidak mengenal resesi dunia. Udang windu (Penaeus monodon Fabricus) mempakan komoditas andalan sektor perikanan, masih dihadapkan pada berbagai kendala untuk waktu sekarang dan yang akan datang. Pengembangan dan upaya mengatasi berbagai kendala terns diupayakan, terutama pada usaha budidaya udang agar dapat terus berproduksi secara berkelanjutan dan adanya penlngkatan kuahtas maupun kuantitas produksl. Pembenihan udang windu dewasa ini semakln dlkembangkan sebagai upaya penyediaan benur yang terns meningkat sehingga tidak harns mengandalkan benur yang berasal dari laut yang ketersediaannya terbatas dan hanya berproduksi pada musim-musim tertentu. Namun demikian keterbatasan produksl dibeberapa daerah masih sering terjadi. Hal ini antara lain disebabkan oleh ketidakseimbangan antara permintaan dan persediaan benur, masalah teknis dan menejemen usaha yang masih kurang baik dan menurunnya produksi benur. Kendala tersebut menyebabkan petani tambak harus menunda waktu lebar karena jumlah benur yang tidak memadai selain harganya yang masih cukup tinggi sehingga biaya opersional tambak menjadi meningkat.