PENGARUH KOMPLEKS PROTEIN Insulin-like Growth Factor-I (IGF-I) DAN Insulin-like Growth Factor Binding Protein-3 (IGFBP-3) TERHADAP PEROLEHAN SEL TELUR MENCIT (Mus musculus)

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh kompleks protein Insulin-like Growth Factor-I (IGF-I) dan Insulin-like Growth Factor Binding Protein-3 (IGFBP-3) terhadap perolehanjumlah sel telur mencit. Hewan percobaan yang digunakan 20 ekor mencit betina strain Balb/C umur 60 hari dan 20 ekor...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: ANI LESTARI, -
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:English
English
Published: 2004
Subjects:
Online Access:https://repository.unair.ac.id/132620/1/PENGARUH%20KOMPLEKS%20PROTEIN%20Insulin%20-%20ANI%20LESTARI%20-%20ABSTRAK.pdf
https://repository.unair.ac.id/132620/2/PENGARUH%20KOMPLEKS%20PROTEIN%20Insulin%20-%20ANI%20LESTARI.pdf
https://repository.unair.ac.id/132620/
http://www.lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: English
English
Description
Summary:Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh kompleks protein Insulin-like Growth Factor-I (IGF-I) dan Insulin-like Growth Factor Binding Protein-3 (IGFBP-3) terhadap perolehanjumlah sel telur mencit. Hewan percobaan yang digunakan 20 ekor mencit betina strain Balb/C umur 60 hari dan 20 ekor mencit jantan vasektomi, dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan dan mendapat 5 ulangan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Completely Randomized Design (Rancangan Acak Lengkap). Perlakuannya sebagai berikut: PO (kontrol): Mencit disuntik NaCI fisiologis pada fase estrus, PI: disuntik 10 ng/ml kompleks protein IGF-I dan IGFBP-3 pada fase diestrus, P2: disuntik 30 ng/ml kompleks protein IGF-I dan IGFBP-3 pada fase diestrus, P3: disuntik 50 ng/ml kompleks protein IGF-I dan IGFBP-3 pada fase diestrus, sebanyak 0, I ml secara subkutan dan dikawinkan secara mono matting (individu) dengan pejantan vasektomi. Flushing (panen sel telur) dilakukan 14 jam setelah pengawinan, dengan merobek kantong fertilisasi pada ampula tuba falopii. Pengamatan dan penghitungan dilakukan langsung di bawah mikroskop inverted dengan pembesaran 40X. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Anava dan dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Rataan jumlah sel telur pada PO: 8,20±1,10 dan PI: 8,40±1,14 tidak berpengaruh nyata dengan kontrol, sedangkan pada P2: 14,00±1,87 dan P3: 20,20±2,39 berpengaruh nyata dengan kontrol. Disimpulkan bahwa penyuntikan 30 ng/ml dan 50 ng/ml kompleks protein IGF-I dan IGFBP-3 dapat merangsang peningkatan jumlah sel telur. Penyuntikan dengan dosis 50 ng/ml merupakan dosis terbaik yang memberikan respon paling efektif terhadap peningkatan jumlah sel telur yang diovulasikan.