Perempuan Minangkabau Dalam Politik: Suatu kajian mengenai hambatan dan usaha untuk mendapatkan kedudukan kepemimpinan politik

Studi ini adalah mengenai perempuan dalam politik, yang difokuskan pada perempuan Minangkabau, dimana terdapat suatu paradok didalamnya; keterwakilan perempuan dalam parlemen begitu rendahnya, sedangkan budaya dimana penulis dibesarkan didalamnya menempatkan perempuan dalam posisi sentral, merupakan...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Nurwani Idris
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Published: 2007
Subjects:
Online Access:https://repository.unair.ac.id/134748/1/46.%20KKB%20KK%20Dis%20S.%2002%2009%20Idr%20p%20uda.pdf
https://repository.unair.ac.id/134748/
http://www.lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Description
Summary:Studi ini adalah mengenai perempuan dalam politik, yang difokuskan pada perempuan Minangkabau, dimana terdapat suatu paradok didalamnya; keterwakilan perempuan dalam parlemen begitu rendahnya, sedangkan budaya dimana penulis dibesarkan didalamnya menempatkan perempuan dalam posisi sentral, merupakan kesatuan etnis, penghuni mayoritas provinsi Sumatera Barat memiliki basis tradisi yang kuat dan dikenal masyarakat Indonesia yaitu sistem kekerabatan matrilinial, yang menggambarkan pola budaya yang egaliter dalam masyarakatnya, dan sederajat bahkan secara teoretis lebih tinggi dari laki-laki. Dalam tradisi, perempuan Minangkabau dianggap sebagai sumber kearifan. Dalam ungkapan adat, perempuan adalah, a) Amban puro, pemegang kunci harta pusaka; b) Unduang unduang ke Madinah, pavung panji ke dalam surga; c) Ka¬pai tampek batanyo, ka-pulang tampek babarito. Amban puro, semacam tas dari kain untuk menyimpan uang "pura", orang tua-tua Minangkabau yang perempuan hampir rata-rata mempunyai puro; "Perempuan adalah pemelihara kesejahteraan rumah tangga", yang berurat berakar dalam kehidupan sehari-hari; "Pelindung ke Madinah maksudnya pengantar ke Tanah Suci" dan payung panji ke dalam surga; "Sebelum pergi tempat bertanya dan sudah pulang tempat berberita atau memberitahukan". Otoritas relatif berada di tangan perempuan tua (ibu dan nenek) yang bertindak sebagai pengontrol kekuasaan.