Perlindungan Hukum bagi Pihak Pemesan dalam Perjanjian Pemborongan Pembangunan Kapal
Menurut sifat pekerjaannya, perjanjian pembangunan kapal termasuk dalam perjanjian pemborongan pekerjaan, yang diatur dalam pasal 1601 b BW dan pasal 1604-1616 BW. Dari segi lain perjanjian pembangunan kapal dapat dikatakan sebagai perjanjian jual beli kapal yang masih harns dibuat. Dalam menent...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Theses and Dissertations NonPeerReviewed |
Language: | Indonesian Indonesian |
Published: |
2002
|
Subjects: | |
Online Access: | https://repository.unair.ac.id/135385/1/KKB%20KK-2%20FH%20Han%20p_ABSTRAK.pdf https://repository.unair.ac.id/135385/2/KKB%20KK-2%20FH%20Han%20p.pdf https://repository.unair.ac.id/135385/ http://lib.unair.ac.id |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | Indonesian Indonesian |
id |
id-langga.135385 |
---|---|
record_format |
dspace |
spelling |
id-langga.1353852025-01-30T07:27:35Z https://repository.unair.ac.id/135385/ Perlindungan Hukum bagi Pihak Pemesan dalam Perjanjian Pemborongan Pembangunan Kapal Hany Retnawati K7340-7512 Commercial law Menurut sifat pekerjaannya, perjanjian pembangunan kapal termasuk dalam perjanjian pemborongan pekerjaan, yang diatur dalam pasal 1601 b BW dan pasal 1604-1616 BW. Dari segi lain perjanjian pembangunan kapal dapat dikatakan sebagai perjanjian jual beli kapal yang masih harns dibuat. Dalam menentukan isi perjanjian, pihak pemborong dan pihak pemesan dapat menentukan sendiri isi perjanjian tersebut berdasarkan asas kebebasan berkontrak yang dinyatakan pasal 1338 (1) BW, tetapi kebebasan berkontrak itu dibatasi oleh persyaratan dalam pasal 1320 no 4 BW dan pasal 1335 BW, serta peraturan-peraturan yang berlaku dalam pembangunan kapal. b. Dalam pelaksanaan kontrak pekerjaan pembangunan kapal, dimana bentuknya adalah standart kontrak, maka isi kontrak tidak boleh hanya menguntungkan satu pihak saja yaitu pihak pembuat kontrak (pemborong). Pemesan sebagai pihak yang dirngikan apabila pemborong wanprestasi juga harus mendapat perlindungan hukum. Dan apabila terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh pihak pemborong, maka upaya penyelesaian yang terlebih dahulu ditempuh adalah musyawarah. Bila penyelesaian secara musyawarah tidak berhasil, maka upaya terakhir adalah gugatan ke pengadilan negeri. 2002-03-07 Thesis NonPeerReviewed text id https://repository.unair.ac.id/135385/1/KKB%20KK-2%20FH%20Han%20p_ABSTRAK.pdf text id https://repository.unair.ac.id/135385/2/KKB%20KK-2%20FH%20Han%20p.pdf Hany Retnawati (2002) Perlindungan Hukum bagi Pihak Pemesan dalam Perjanjian Pemborongan Pembangunan Kapal. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA. http://lib.unair.ac.id |
institution |
Universitas Airlangga |
building |
Universitas Airlangga Library |
continent |
Asia |
country |
Indonesia Indonesia |
content_provider |
Universitas Airlangga Library |
collection |
UNAIR Repository |
language |
Indonesian Indonesian |
topic |
K7340-7512 Commercial law |
spellingShingle |
K7340-7512 Commercial law Hany Retnawati Perlindungan Hukum bagi Pihak Pemesan dalam Perjanjian Pemborongan Pembangunan Kapal |
description |
Menurut sifat pekerjaannya, perjanjian pembangunan kapal termasuk dalam
perjanjian pemborongan pekerjaan, yang diatur dalam pasal 1601 b BW dan
pasal 1604-1616 BW. Dari segi lain perjanjian pembangunan kapal dapat
dikatakan sebagai perjanjian jual beli kapal yang masih harns dibuat. Dalam
menentukan isi perjanjian, pihak pemborong dan pihak pemesan dapat
menentukan sendiri isi perjanjian tersebut berdasarkan asas kebebasan
berkontrak yang dinyatakan pasal 1338 (1) BW, tetapi kebebasan berkontrak
itu dibatasi oleh persyaratan dalam pasal 1320 no 4 BW dan pasal 1335 BW,
serta peraturan-peraturan yang berlaku dalam pembangunan kapal.
b. Dalam pelaksanaan kontrak pekerjaan pembangunan kapal, dimana
bentuknya adalah standart kontrak, maka isi kontrak tidak boleh hanya
menguntungkan satu pihak saja yaitu pihak pembuat kontrak (pemborong).
Pemesan sebagai pihak yang dirngikan apabila pemborong wanprestasi juga
harus mendapat perlindungan hukum. Dan apabila terjadi wanprestasi yang
dilakukan oleh pihak pemborong, maka upaya penyelesaian yang terlebih
dahulu ditempuh adalah musyawarah. Bila penyelesaian secara musyawarah
tidak berhasil, maka upaya terakhir adalah gugatan ke pengadilan negeri. |
format |
Theses and Dissertations NonPeerReviewed |
author |
Hany Retnawati |
author_facet |
Hany Retnawati |
author_sort |
Hany Retnawati |
title |
Perlindungan Hukum bagi Pihak Pemesan dalam Perjanjian Pemborongan Pembangunan Kapal |
title_short |
Perlindungan Hukum bagi Pihak Pemesan dalam Perjanjian Pemborongan Pembangunan Kapal |
title_full |
Perlindungan Hukum bagi Pihak Pemesan dalam Perjanjian Pemborongan Pembangunan Kapal |
title_fullStr |
Perlindungan Hukum bagi Pihak Pemesan dalam Perjanjian Pemborongan Pembangunan Kapal |
title_full_unstemmed |
Perlindungan Hukum bagi Pihak Pemesan dalam Perjanjian Pemborongan Pembangunan Kapal |
title_sort |
perlindungan hukum bagi pihak pemesan dalam perjanjian pemborongan pembangunan kapal |
publishDate |
2002 |
url |
https://repository.unair.ac.id/135385/1/KKB%20KK-2%20FH%20Han%20p_ABSTRAK.pdf https://repository.unair.ac.id/135385/2/KKB%20KK-2%20FH%20Han%20p.pdf https://repository.unair.ac.id/135385/ http://lib.unair.ac.id |
_version_ |
1822914482047811584 |