SEKRESI INTERLEUKIN 12 PADA KULTUR MAKROFAG DARI PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DAN INDIVIDU SEHAT BERISIKO TUBERKULOSIS PARU, YANG MASING-MASING DIINFEKSI Mycobacterium tuberculosis : PENELITIAN EKSPERIMENTAL LABORATORIK

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang jaringan paru. Sejak 1985 sampai saat ini tuberkulosis telah menjadi masalah kesehatan dunia. Patogenesis tuberkulosis ditentukan interaksi antara imunitas hospes dengan Mycobacterium...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: NI MADE LINAWATI, 090415423M
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Published: 2006
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/36269/1/gdlhub-gdl-s2-2007-linawatini-3641-ti0107-t.pdf
http://repository.unair.ac.id/36269/13/gdlhub-gdl-s2-2007-linawatini-3641-ti0107.pdf
http://repository.unair.ac.id/36269/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Description
Summary:Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang jaringan paru. Sejak 1985 sampai saat ini tuberkulosis telah menjadi masalah kesehatan dunia. Patogenesis tuberkulosis ditentukan interaksi antara imunitas hospes dengan Mycobacterium tuberculosis, activated makrofag berusaha mengeliminasi Mycobacterium tuberculosis namun Mycobacterium tuberculosis memiliki mekanisme evasion sehingga mampu bertahan dan bermultiplikasi. Interleukin 12 merupakan salah satu kunci pertahanan imunitas melawan Mycobacterium tuberculosis, disekresikan activated makrofag, berfungsi menginduksi sekresi IFN- oleh sel NK dan sel T, serta merangsang differensiasi Th0 menjadi Thl. IFN- meningkatkan kemampuan mikrobisidal makrofag sehingga mampu membunuh Mycobacterium tuberculosis. Tujuan penelitian adalah mengetahui sekresi Interleukin 12 antara kelompok kultur makrofag dari penderita tuberkulosis paru dengan kelompok kultur makrofag dari individu sehat berisiko tuberkulosis paru setelah diinfeksi Mycobacterium tuberculosis dengan inkubasi selama 24 jam dan 48 jam. Penelitian ini dilakukan dengan isolasi Peripheral Blood Mononuclear Cells (PBMC) dari buffy coat darah vena cubiti individu sehat berisiko tuberkulosis paru dan penderita tuberkulosis paru. Sel-sel diletakkan diatas coverslip dalam sumuran 24-well, dengan konsentrasi 2x105 sel per sumuran. Sel PBMC tersebut kemudian dikultur dalam inkubator CO2 pada 37°C, 5% CO2 dengan suplementasi RPMI, 10% pooled human serum dan 100 iu/ml penicillin. Pada hari ke 2 dilakukan pencucian dengan RPMI 5 kali untuk membuang sel-sel limfosit. Kultur dilanjutkan dan setiap hari dilakukan penggantian medium, kemudian hari ke 4 setelah sel-sel monosit berdiferensiasi menjadi makrofag lalu di infeksikan dengan Mycobacterium tuberculosis 1,5 x 105 sel/sumuran, setelah diinfeksi diperiksa sekresi interleukin 12 pada supernatan kultur makrofag pada inkubasi selama 24 jam dan 48 jam. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) yang digunakan untuk membandingkan hasil-hasil yang diperoleh pada kelompok perlakuan yang berbeda, dan hasil yang bermakna dilanjutkan dengan uji LSD (Least Square Difference). Hasil penelitian menunjukkan sekresi Interleukin 12 pada kultur makrofag individu sehat berisiko tuberkulosis paru setelah 24 jam diinfeksi Mycobacterium tuberculosis (3,156 ng/ml) lebih tinggi dibandingkan pada penderita tuberkulosis paru (1,593 ng/ml) dan sekresi IL-12 pada kultur makrofag individu sehat berisiko tuberkulosis paru setelah 48 jam diinfeksi Mycobacterium tuberculosis (3,446 ng/ml) lebih tinggi dibandingkan pada penderita tuberkulosis paru (1,8 ng/ml). Hasil analisis ANOVA pada waktu inkubasi 24 jam dam 48 jam setelah infeksi menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna p=0,000. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sekresi Interleukin 12 kelompok kultur makrofag individu sehat berisiko tuberkulosis paru yang diinfeksi Mycobacterium tuberculosis pada inkubasi 24 jam dan 48 jam lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kultur makrofag dari penderita tuberkulosis paru. Perlu dilakukan studi invitro untuk mengetahui efek Interleukin 12 pada komponen sistem imun lainnya seperti pada kultur limfosit untuk mengetahui efek Interleukin 12 terhadap sekresi IFN-, perlu dilakukan penelitian invivo untuk mengetahui apakah Interleukin 12 bisa berperan sebagai imunomodulator yang nantinya bisa digunakan untuk imunoterapi terutama dalam pengobatan tuberkulosis dan perlu penelitian lebih lanjut mengenai adanya defek gen penyandi interleukin 12 pada penderita tuberkulosis paru.