RISIKO POLA ASUH TERHADAP KEJADIAN GIZI BURUK PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN SIDOTOPO KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA

Gizi buruk yang terjadi pada balita merupakan masalah yang banyak dialami terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Masalah tersebut tidak dapat diremehkan karena dapat berakibat fatal jika tidak ditangani secara tepat. Dampak tersebut antara lain adalah terhambatnya pertumbuhan fisik, menuru...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Tri Retno Wigati, 090610117 M
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Published: 2008
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/37505/1/gdlhub-gdl-s2-2009-wigatitrir-11095-tkm240-t.pdf
http://repository.unair.ac.id/37505/2/gdlhub-gdl-s2-2009-wigatitrir-10403-tkm240-r.pdf
http://repository.unair.ac.id/37505/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Description
Summary:Gizi buruk yang terjadi pada balita merupakan masalah yang banyak dialami terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Masalah tersebut tidak dapat diremehkan karena dapat berakibat fatal jika tidak ditangani secara tepat. Dampak tersebut antara lain adalah terhambatnya pertumbuhan fisik, menurunnya tingkat kecerdasan dan menurunnya daya tahan tubuh sehingga rentan terhadap infeksi. Ancaman yang lebih serius adalah menurunnya kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. Penyebab langsung masalah gizi buruk adalah kurangnya asupan makanan dan adanya infeksi. Namun penyebab tersebut selalu diringi dengan latar belakang lain yang lebih komplek seperti kondisi ekonomi, tingkat pendidikan, kondisi lingkungan dan budaya pola asuh yang diberikan terhadap balita. Tujuan penelitian ini secara umum untuk menganalisis hubungan antara pola asuh dengan kejadian gizi buruk pada balita serta mengukur tingkat risiko yang ditimbulkan. Penelitian ini menggunakan desain case control. Kelompok kasus adalah balita yang berusia di atas 1 tahun yang menderita gizi buruk berdasarkan indeks BB/TB (z-score <-3SD). Kelompok kontrol adalah balita yang berusia lebih dari 1 tahun dengan indeks BB/TB (z-score ±2 SD). Besar sampel pada kelompok kasus adalah 18 balita dan pada kelompok kontrol juga 18 balita. Sampel dilakukan matching pada jenis kelamin, usia dan tingkat ekonomi keluarga. Variabel tergantung dari penelitian ini adalah status gizi yang dibedakan menjadi status gizi baik dan status gizi buruk. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari staus kekerabatan antara balita dengan pengasuh, usia pengasuh, pendidikan pengasuh, tipe pola asuh, pemberian kolostrum, pemberian ASI eksklusif, cara makan, variasi makanan, praktik ibu/pengasuh ketika anak sulit makan dan distribusi makanan di keluarga. Hasil analisis dengan regresi logistik menunjukkan bahwa variasi makanan berhubungan bermakna dengan kejadian gizi buruk dengan p=0,016 dan OR 7,528. Artinya, balita yang mendapatkan variasi makanan yang buruk berisiko 7,528 kali untuk menderita gizi buruk dari pada balita yang mendapatkan variasi makanan yang baik. Tipe pola asuh juga merupakan variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian gizi buruk dengan p=0,036 dan OR 6,315. Artinya, balita yang mendapatkan pola asuh tidak demokratis berisiko 6,315 kali untuk menderita gizi buruk dari pada balita yang mendapatkan pola asuh demokratis dari pengasuhnya. Dari hasil penelitian hendaknya penangan gizi buruk juga meliputi aspek sosial budaya dan psikologi pengasuhan agar orang tua dapat memberikan pengasuhan yang menguntungkan kesehatan dan gizi anak.