LATIHAN ENDURANCE PADA PASIEN TETRALOGI FALLOT PASCA OPERASI TOTAL KOREKSI

Tetralogi Fallot merupakan penyakit jantung kongenital yang ditandai dengan hadirnya empat kondisi, yaitu defek sekat ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. Penyebab dari Tetralogi Fallot masih tidak jelas, kemungkinan didapatkan faktor lingkungan yang tid...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Melya Rossa, NIM011310213008
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Published: 2016
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/39924/1/ABSTRAK.pdf
http://repository.unair.ac.id/39924/13/258.%2039924.pdf
http://repository.unair.ac.id/39924/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Description
Summary:Tetralogi Fallot merupakan penyakit jantung kongenital yang ditandai dengan hadirnya empat kondisi, yaitu defek sekat ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. Penyebab dari Tetralogi Fallot masih tidak jelas, kemungkinan didapatkan faktor lingkungan yang tidak diketahui yang berperan besar dalam munculnya kelainan ini. Manifestasi klinis yang timbul yakni sianosis, sesak nafas, dan intoleransi terharap aktivitas. Penanganan operatif yang dapat dilakukan pada pasien dengan Tetralogi Fallot adalah operasi BT shunt ataupun Total Koreksi. Tindakan operatif yang paling sering dilakukan adalah operasi Total Koreksi, yakni terdiri dari penutupan defek sekat ventrikel (VSD) dan pengambilan obstruksi saluran keluar ventrikel kanan. Tindakan tersebut dapat menyebabkan problem penurunan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional. Problem utama yang dialami pasien Tetralogi Fallot pasca operasi Total Koreksi adalah problem penurunan endurance yang diakibatkan oleh inaktivitas atau pembatasan dalam beraktivitas karena gangguan fungsional jantung sejak lahir. Problem lain yang menyertai yakni retensi sekret, penurunan kapasitas vital paru, penurunan chest expansion, keterbatasan luas gerak sendi akibat nyeri insisi, serta postur yang buruk. Fisioterapi berperan dalam meningkatkan toleransi aktivitas, meningkatkan kemampuan fungsional paru, dan memperbaiki postur tubuh. Tindakan fisioterapi yang dilakukan adalah latihan endurance dengan latihan jalan terprogram, breathing exercise, latihan ROM, latihan batuk efektif, dan koreksi postur.