PERAN ILMU ORTODONTI UNTUK MASA DEPAN, MENJELANG INDONESIA SEHAT 2015

Ortodonti adalah salah satu cabang dari Kedokteran Gigi yang berhubungan dengan perbaikan keadaan gigi-geligi yang letaknya tidak dalam lengkung geligi yang baik (maloklusi). Tujuannya untuk mendapatkan fungsi dan estetika yang optimal sehingga dapat meningkatkan kesehatan secara umum dan mening...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Thalca Hamid-Agusni, Prof., drg., MHPed., Sp.Ort.(K)., Ph.D.
Format: Other NonPeerReviewed
Language:English
Published: UNIVERSITAS AIRLANGGA 2013
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/40117/1/gdlhub-gdl-grey-2016-hamidthalc-40602-pg.12-16-p.pdf
http://repository.unair.ac.id/40117/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: English
Description
Summary:Ortodonti adalah salah satu cabang dari Kedokteran Gigi yang berhubungan dengan perbaikan keadaan gigi-geligi yang letaknya tidak dalam lengkung geligi yang baik (maloklusi). Tujuannya untuk mendapatkan fungsi dan estetika yang optimal sehingga dapat meningkatkan kesehatan secara umum dan meningkatkan kualitas kehidupan menjadi lebih baik karena rasa percaya diri yang lebih besar. Maloklusi bukan merupakan suatu penyakit seperti karies gigi ataupun periodontitis tetapi akibat dari beberapa faktor di antaranya variasi wajar suatu sistem biologis individual, yang dapat timbul sejak usia muda. Kelainan ini dapat berkembang dengan bertambahnya usia apabila tidak mendapatkan penanganan yang baik. Di Indonesia, prevalensi maloklusi masih tinggi, karena berbagai faktor, salah satu di antaranya adalah karena pencampuran antarpopulasi yang mempunyai ciri-ciri morfologis yang berbeda. Maloklusi masih merupakan permasalahan dalam masyarakat dan perawatan maloklusi sudah merupakan kebutuhan masyarakat. Banyak kasus maloklusi yang tidak mendapat perawatan dan kasus yang mendapat perawatanpun masih banyak yang tidak tuntas yang akhirnya akan muncul maloklusi baru yang akan mengakibatkan perawatan maloklusi tersebut akan lebih sukar untuk dirawat kembali. Djokosalamoen (1993) dengan menggunakan indeks maloklusi Djokosalamoen yang diajukannya melaporkan bahwa dari 302 model studi anak Sekolah Dasar yang diteliti, terdapat 117 anak (39%) dengan maloklusi ringan atau membutuhkan perawatan pencegahan atau interseptif; 67 anak (22%) dengan maloklusi sedang atau membutuhkan perawatan koreksi yang sederhana dan 35 anak (12%) dengan maloklusi parah yang memerlukan perawatan kuratif dengan pencabutan. Sebanyak 83 (27%) anak didapatkan tanpa maloklusi. Agusni et al. (1995) meneliti 686 murid Sekolah Dasar di Surabaya dengan menggunakan Index of Orthodontics Treatment Need (IOTN); berdasarkan Dental Health Component (DHC) didapatkan sekitar 31% anak menunjukkan derajat 1�2, yang berarti tidak memerlukan perawatan ortodonti atau perlu perawatan ringan. Sekitar 45% dari mereka tergolong memerlukan perawatan borderline/sedang (derajat 3), sedangkan 24% sisanya tergolong sangat membutuhkan perawatan karena termasuk dalam derajat 4�5. Berdasarkan penilaian Aesthetic Component (AC) yang dinilai oleh peneliti, didapatkan derajat 1�4 atau kelompok yang tidak memerlukan perawatan ortodonti/ perlu perawatan ringan ditemukan pada 48% sampel, sedangkan derajat 5�7 terdapat pada 38% dari sampel yang diteliti. Sisanya (14%) menunjukkan derajat 8�10 yang berarti tergolong pada kelompok yang sangat membutuhkan perawatan ortodonti.