RECEPTION ANALYSIS REMAJA TERHADAP WACANA PORNOGRAFI DALAM SITUS-SITUS SEKS DI MEDIA ONLINE
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemahaman dan pemaknaan remaja mengenai pornografi melalui situs-situs seks di media online. Selain itu penelitian ini juga ingin mengetahui bagaimana sikap remaja terhadap pornografi dan bagaimana perilaku mereka terhadap situs-situs seks di media...
Saved in:
Main Authors: | , |
---|---|
Format: | Other NonPeerReviewed |
Language: | Indonesian Indonesian |
Published: |
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2005
|
Subjects: | |
Online Access: | http://repository.unair.ac.id/40442/1/gdlhub-gdl-res-2008-aryanikand-6750-lp1210-k.pdf http://repository.unair.ac.id/40442/8/501.%2040442.pdf http://repository.unair.ac.id/40442/ http://lib.unair.ac.id |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | Indonesian Indonesian |
Summary: | Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemahaman dan pemaknaan remaja mengenai pornografi melalui situs-situs seks di media online. Selain itu penelitian ini juga ingin mengetahui bagaimana sikap remaja terhadap pornografi dan bagaimana perilaku mereka terhadap situs-situs seks di media online. Remaja merupakan konsumen media dan pengguna internet pada khususnya, yang secara bebas menentukan definisi atas realitas yang ada dalam media tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis resepsi (reception analysis) dimana khalayak dilihat sebagai bagian dari "interpretative communities" yang selalu aktif dalam mempersepsi pesan dan memproduksi makna, tidak hanya sekedar menjadi individu pasif yang menerima begitu saja makna yang diproduksi oleh media massa. Hasil dari riset khalayak ini merupakan representasi "suara" khalayak atau berbicara atas nama khalayak. Dalam analisis resepsi, makna mengenai pornografi itu sifatnya subyektif dan tergantung pada interpretasi masing-masing individu. Apapun definisi dan pemaknaan yang berkembang di masyarakat mengenai pornografi, setiap individu masih dianggap memiliki kebebasan dan kekuasaan penuh untuk mengkonstruksi makna atas realitas sosial yang ia lihat melalui media, dalam hal ini internet. Penelitian ini berlokasi di Kotamadya Surabaya dengan menggunakan wawancara mendalam (indepth interview) kepada remaja yang berusia 17 -25 tahun. Hal ini dengan pertimbangan bahwa remaja memiliki karakteristik yang terbuka dan bahkan radikal dalam menerima perubahan, khususnya dalam menyikapi tema-tema yang sebelumnya dianggap tabu, yaitu tema-tema seksualitas. Selain itu, relevansinya dengan penelitian ini, remaja di kota besar merupakan pengguna aktif internet. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa remaja memaknai pornografi sebagai segala sesuatu yang dapat merangsang dan membangkitkan nafsu seksual, baik dalam hentuk gambar diam (still images) ataupun gambar bergerak (moving images) serta dalam bentuk tulisan. Remaja memaknai pornografi sebagai sesuatu yang mengumbar seksualitas dan merupakan bentuk eksploitasi seksual terhadap organ/alat kelamin dan segala aktifitas seksual. Remaja menganggap pornografi sebagai sesuatu yang tidak bermoral dan melanggar nilai serta norma yang berlaku di masyarakat Indonesia. Pendapat remaja ini mengacu dan disesuaikan dengan standar moral serta mengikuti pendapat dominan yang berlaku di masyarakat secara umum. Tetapi pendapat ini ternyata menjadi berbeda dan bisa dikatakan tidak sejalan ketika ditanyakan mengenai sikap mereka terhadap pornografi dan keberadaan situs-situs seks di internet. Bagi remaja, pornografi dipandang sebagai sesuatu yang tidak bisa dihindari keberadaannya. Remaja memiliki bersikap untuk tidak melarang keberadaan pornografi di internet dan menganggapnya sebagai sesuatu yang sah-sah saja, sehingga pemanfaatannya juga lebih baik jika diserahkan kepada tanggung jawab masing-masing individu. Berdasarkan hal tersebut maka remaja memiliki kebebasan dalam berperilaku terhadap situ-situs seks di internet. Pemahaman remaja mengenai pornografi masih sebatas mengenai eksploitasi seksual yang dapat membangkitkan nafsu bagi mereka yang melihatnya. Remaja masih belum memahami pornografi sebagai representasi seksualitas dalam media yang sebenarnya juga merupakan hasil bentukan budaya, simbol kekuasaan, dan pertentangan antar kepentingan. Untuk itu, disarankan adanya penelitian lanjutan dalam perspektif kritis untuk melihat praktik-praktik kekuasaan dan dominasi kelompok kepentingan atau budaya tertentu yang ada dalam materi-materi pornografi, baik di internet maupun di media massa lainnya. Selain itu juga disarankan untuk mengaitkan pornografi sebagai sebuah isu yang masih sangat aktual dengan wacana-wacana yang berhubungan dengan feminisme dan hak asasi manusia. Hal ini untuk mengungkap lebih jauh pemahaman remaja terhadap pertentangan nilai-nilai yang ada seputar isu pornografi dan bagaimana pornografi dipraktekkan di masyarakat yang memiliki beragam batasan dan definisi yang berbeda mengenai pornografi itu sendiri. |
---|