PEMBERIAN PAKAN SECARA BERKALA PADA MUSIM KEMARAU UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PAKAN AYAM PEDAGING
Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam keberhasilan beternak ayam, selain faktor genetik, pakan dan kesehatan. Ayam pedaging dapat mencapai kecepatan pertumbuhan tertinggi jika dipelihara pada suhu lingkungan 10 - 22°C (Daghir, 1995). Pada saat cuaca panas ayam berusaha mendinginkan tub...
Saved in:
Main Authors: | , , |
---|---|
Format: | Other NonPeerReviewed |
Language: | Indonesian Indonesian |
Published: |
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2005
|
Subjects: | |
Online Access: | http://repository.unair.ac.id/40469/1/gdlhub-gdl-res-2008-authornurh-7260-lp60_08-k.pdf http://repository.unair.ac.id/40469/2/gdlhub-gdl-res-2008-authornurh-7115-lp60_08.pdf http://repository.unair.ac.id/40469/ http://lib.unair.ac.id |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | Indonesian Indonesian |
Summary: | Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam keberhasilan beternak ayam, selain faktor genetik, pakan dan kesehatan. Ayam pedaging dapat mencapai kecepatan pertumbuhan tertinggi jika dipelihara pada suhu lingkungan 10 - 22°C (Daghir, 1995). Pada saat cuaca panas ayam berusaha mendinginkan tubuhnya dengan cara bernafas secara cepat (panting). Hal ini dapat menyebabkan peredaran darah banyak yang menuju ke organ pernafasan, sedangkan peredaran darah pada organ pencernaan mengalami penurunan sehingga bisa mengganggu pencernaan dan metabolisme. Pakan yang dikonsumsi tidak bisa dicerna dengan baik dan nutrien dalam pakan banyak yang dibuang dalam bentuk feses. Oleh sebab itu pemberian pakan pada cuaca panas merupakan pemborosan, padahal biaya produksi terbesar pads pemeliharaan ayam terletak pads biaya pakan. Agar ayam bisa tetap tumbuh dengan baik pada kondisi lingkungan yang panas bisa disiasati dengan tiga alternatif, yaitu meningkatkan nutrient density, menurunkan suhu kandang serta memberi makan ayam pada saat konsumsi tertinggi (Anderson dan Carter, 1993). Mayouritas peternak Indonesia bukanlah orang yang ahli dalam menyusun ransum sesuai yang dibutuhkan ayam menurut suhu lingkungan tertentu. Menurunkan suhu kandang membutuhkan tambahan biaya karena kandang hams dilengkapi dengan kipas angin di samping pengeluaran untuk biaya listrik. Cara paling ekonomis adalah memberi makan pada saat ayam bisa mengkonsumsi pakan dalam jumlah tinggi. Ayam umumnya mengkonsumsi pakan dalam jumlah tinggi pada saat suhu lingkungan rendah yaitu pads malam hari sampai pagi hari. Penelitian ini bertujuan untuk mencari pola pemberian pakan yang tepat pads ayam pedaging pads musim kemarau supaya bisa diperoleh pertambahan berat badan, konversi pakan dan kualitas karkas yang paling baik. Hewan coba yang digunakan adalah ayam pedaging CP 707 umur 3 minggu dengan berat badan 800 - 1000 gram sebanyak 30 ekor. Pakan yang digunakan adalah pakan komersial, sedangkan Rancangan percobaan pada penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan pakan dan 10 ulangan. Perlakuan 1 (P 1) sebagai kontrol diberi pakan selama 24 jam secara ad libitum. Perlakuan 2 (P2) diberi pakan pada jam 6.00 - 18.00 WIB, sedangkan perlakuan 3 (P3) diberi pakan pada jam 16.00 - 9.00 WIB. Air minum diberikan pada semua perlakuan secara ad libitum. Variabel yang diamati dari penelitian ini adalah berat badan awal, pertambahan berat badan, konsumsi pakan, konversi pakan dan kualitas karkas yang diketahui dari persentase karkas serta persentase lemak abdominal. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian (uji F) dan dilanjutkan dengan uji Duncans. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi pakan per-hari pada perlakuan P1 sebesar 132.1457 gram, P2 sebesar 138.835 gram dan P3 sebesar 132.8214 gram. Setelah dilakukan analisis varian dan aji Duncans ternyata tidak tedapat perbedaan yang nyata (P>0,05) antara ketiga perlakuan. Rata-rata pertambahan berat badan per hari pada perlakuan P1 sebesar 67,61429 gram, P2 sebesar 71,71667 gram dan P3 sebesar 70,87857 gram. Setelah dilakukan analisis varian dan uji Duncans ternyata tidak tedapat perbedaan yang nyata (P>0,05) antara ketiga perlakuan. Rata-rata konversi pakan pada perlakuan P1 sebesar 2.03211, P2 sebesar 2.02907 dan P3 sebesar 1.92907. Setelah dilakukan analisis varian dan uji Duncans ternyata tidak tedapat perbedaan yang nyata (P>0,05) pada konversi pakan antara ketiga perlakuan. Rata-rata persentase karkas pada perlakuan P1 sebesar 66.0377 %; P2 sebesar 66.671 1 % dan P3 sebesar 65.6427 %. Setelah dilakukan analisis varian dan uji Duncans ternyata tidak tedapat perbedaan yang nyata (P>0,05) pada persentase karkas antara ketiga perlakuan. Rata-rata persentase lemak abdominal pada perlakuan P1 sebesar 1,73724 %; P2 sebesar 1,90726 % dan P3 sebesar 1.75281 %. Setelah dilakukan analisis varian dan uji Duncans ternyata tidak tedapat perbedaan yang nyata (P>0,05) antara ketiga perlakuan. |
---|