IDENTIFIKASI eCG (EQUINE CHORIONIC GONADOTROPHIN) DARI SERUM DARAH KUDA SEBAGAI INDIKATOR TERHADAP KEBUNTINGAN KUDA

Perkembangan populasi kuda di Indonesia belum mencapai keadaan yang menggembirakan bahkan Di Jawa Timur pada tahun 2001 terjadi penurunan populasi ternakkuda sebesar 5,66 % (Anonimous, 2001). Kendala yang sering dihadapi peternak kuda adalah menyangkut bidang reproduksi, seperti panjangnya calving...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Masud Hariadi, Ph.D., M.Phil., Drh, Trilas Sardjito, M.Si., Drh, Tjuk Imam Restiadi, M.Si., Drh
Format: Other NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Published: UNIVERSITAS AIRLANGGA 2008
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/40541/1/gdlhub-gdl-res-2008-hariadimas-6921-lp86_08-k.pdf
http://repository.unair.ac.id/40541/2/gdlhub-gdl-res-2008-hariadimas-6921-lp86_08.pdf
http://repository.unair.ac.id/40541/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Description
Summary:Perkembangan populasi kuda di Indonesia belum mencapai keadaan yang menggembirakan bahkan Di Jawa Timur pada tahun 2001 terjadi penurunan populasi ternakkuda sebesar 5,66 % (Anonimous, 2001). Kendala yang sering dihadapi peternak kuda adalah menyangkut bidang reproduksi, seperti panjangnya calving interval dan rendahnya tingkat kebuntingan sehingga upaya untuk mencapai tingkat reproduktivitas yang tinggi sulit dicapai. Diagnosa kebuntingan dini diperlukan setelah terjadinya perkawinan untuk identifikasi lebih awal sehingga kehilangan waktu produksi sebagai akibat infertilitas dapat dikurangi. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : mengidentifikasi Equine Chorionic Gonadotropin (eCG) dari serum kuda bunting umur 40-150 hari dan menentukan tingkat keberhasilan diagnosa kebuntingan berdasarkan adanya eCG dalam serum kuda. Penelitian ini dilakukan di petemakan kuda di Surabya untuk mendeteksi dan mengidentifikasi eCG pads kuda yang diperkirakan bunting. Serum darah diambil dari vena jugularis dan serum dipisahkan untuk digunakan dalam idendifikasi adanya eCG. Pemisahan protein dengan steroid yang ada pada serum darah dilakukan dengan penambahan methanol (1:5). Protein serum yang sudah bebas dari steroid diidentifikasi adanya eCG dengan menggunakan SDS-PAGE. Setelah ditemukan protein eCG pada pita SDS-PAGE yang disesuaikan dengan berat molekul dari protein marker maka dilanjutkan untuk memotong protein eCG dengan teknik elektroelusi. Hasil dari elektroelusi ditera kadar proteinnya dengan metode biuret. Peubah yang diamati adalah adanya eCG serum darah kuda dan data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA dan dilantutkan dengan uji BNT. Pita-pita protein serum darah kuda bunting muda yang muncul pada pemeriksaan dengan SDS-PAGE setelah dibandingkan dengan protein marker ada tiga pita yaitu 42,7 kDa, 55,6 kDa dan 66,4 kDa. Pita-pita protein tersebut sesuai dengan berat molekul eCG yang berkisar 45-65 kDa. Rataan kadar protein eCG serum darah kuda bunting pads umur kebuntingan 7 minggu, 11 minggu, 15 minggu dan 19 minggu masing-masing adalah 7412 µg/ml, 9112 pg/ml, 16696 pg/ml dan 5636 pg/ml. Berdasarkan basil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa Equine Chorionic Gonadotropin (eCG) dapat dideteksi pads kuda bunting pads umur kebuntingan 7 -19 minggu dengan kadar tertinggi pads umur kebuntingan 15 minggu. Saran yang dapat diajukan adalah keberadaan eCG dapat digunakan pemeriksaan kebuntingan secara laboratoris, nanlun supaya pemeriksaan kebuntingan dapat lebih praktis diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuat tes kebuntingan paper strip berdasarkan reaksi imunologis dari eCG dan anti-eCG yang dapat digunakan dengan jumlah dilapangan.