POLA KERUSAKAN SEQUENCE DNA PADA PAPARAN TEMPERATUR TINGGI EKSTRIM DI BIDANG KEDOKTERAN FORENSIK

Degraded DNA adalah sebuah persoalan klasik, yang tidak jarang ditemui oleh seorang ahli forensik molekuler dalam menjalankan tugasnya menganalisis DNA, terutama pada kasus-kasus bencana massal, maupun pada kasus-kasus forensik lainnya, seperti pada kasus kejahatan yang disertai dengan upaya penghil...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: M. SOEKRY ERFAN KUSUMA, Prof. Dr. Med.dr.H., SpFK, AGUNG SOSIAWAN, drg. M.Kes
Format: Other NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Published: UNIVERSITAS AIRLANGGA 2008
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/40580/1/gdlhub-gdl-res-2008-kusumamsoe-7106-lp1300-t.pdf
http://repository.unair.ac.id/40580/2/gdlhub-gdl-res-2008-kusumamsoe-7241-lp13008.pdf
http://repository.unair.ac.id/40580/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Description
Summary:Degraded DNA adalah sebuah persoalan klasik, yang tidak jarang ditemui oleh seorang ahli forensik molekuler dalam menjalankan tugasnya menganalisis DNA, terutama pada kasus-kasus bencana massal, maupun pada kasus-kasus forensik lainnya, seperti pada kasus kejahatan yang disertai dengan upaya penghilangan barang bukti (yakni: dengan membakar korban agar korban tidak dapat dikenali) (Coble et al, 2005). Hal ini menjadi bukti bahwa degraded DNA adalah sebuah hal yang perlu diwaspadai oleh seorang ahli DNA forensik dalam upayanya membantu penegakan hukum, melalui identifikasi korban dengan analisis DNA. Berbagai upaya dilakukan untuk mengantisipasinya seperti halnya yang dilakukan oleh Edson et al (2004) dan Gabriel et al (2005), yakni dengan menciptakan disain primer untuk degraded mtDNA dengan menggunakan strategi overlapping pada region nucleotide pada daerah d-loop. Demikian pula yang dilakukan oleh Butler et al(2000), yang berusaha menciptakan miniSTR primer dari degraded DNA yang diekstraksi dari bloodstain yang berusia 15 tahun. Namun hingga saat ini belum ada penelitian yang mengungkap pola kerusakan sequence DNA atau degradasi DNA akibat temperatur ekstrim yang sangat tinggi, di mana kondisi ini seringkali ditemukan pada kasus ledakan bom ataupun kasus kebakaran. Burger (1999) misalnya hanya meneliti atau melakukan studi DNA microsatellite pada ancient skeletal remains. Demikian pula dengan apa yang dilakukan oleh Chen L, Sun G, dan Wu M (2000), hanya terbatas pada penelitian tentang pengaruh berbagai faktor lingkungan terhadap kerusakan DNA (inti) pada pulpa gigi yang digunakan untuk identifikasi jenis kelamin, tanpa mengidentifikasi pola kerusakan DNA yang terjadi sebagai akibat berbagai faktor lingkungan.Padahal dengan mengetahui pola kerusakan atau degradasi DNA tersebut, upaya atau langkah antisipasi dalam pemeriksaan DNA forensik, seperti halnya membuat disain primer yang tepat, sehingga dapat digunakan untuk mengamplifikasi DNA yang mengalami degradasi, akan dapat terlaksana dengan baik. Penelitian ini dilakukan sebagai kelanjutan penelitian sebelumnya, di mana pada penelitian pendahuluan ditemukan bahwa DNA mitokondria yang terdapat pada gigi yang terpapar panas pada temperatur ekstrim 350°C, 550°C, 750°C selama 10, 15, 20 menit, tidak menghasilkan pola pita yang sesuai dengan kontrol positif pada amplicon product 310 bp. Hal ini diduga karena DNA mitokondria telah mengalami kerusakan atau fragmented DNA. Untuk membuktikan adanya kerusakan pada DNA mitokondria tersebut, maka pada penelitian ini gigi yang diekstraksi DNA mitokondrianya tersebut, selain dibakar pada temperature ekstrim 350°C, 550°C, 750°C, juga dibakar pada temperature di bawah ketika temperature seperti pada temperature 100°C, 200°C, 300°C masing-masing selama 20 menit. Dari hasil perlakuan tersebut didapatkan bahwa DNA mtikondria pada gigi yang dibakar pada suhu 100°C, 200°C, 300°C selama 20 menit, masih dapat diketahui pola urutan nukleotidenya pada amplicon product 310 bp. Adapun pada gigi yang dibakar diatas temperature di atas suhu 100°C, 200°C, 300°C, pada penelitian ini tidak dapat diketahui urutan nucleotidenya pada amplicon product 310 bp. Sehingga tidak diketahui pola kerusakannya.