ANALISIS KEBIJAKAN PEMKOT SURABAYA DALAM MENANGANI ANAK JALANAN

Fenomena sosial yang muncul sebagai akibat kondisi perekonomian saat ini salah satunya adalah perkembangan jumlah anak jalanan diberbagai kota besar. Kehadiran anak jalanan yang semakin besar jumlahnya dirasakan semakin mencemaskan, karena disatu sisi dapat menimbulkan dampak negatif bagi penertiban...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Ema Setijaningrum, SIP, Jusuf Irianto, Drs. M.Com, Dian Yulie Reidrawati, S.Sos. MM, Sulikah Asmoorowati, S.Sos., M.Dev., St
Format: Other NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Published: UNIVERSITAS AIRLANGGA 2008
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/40679/1/gdlhub-gdl-res-2008-setijaning-6748-lp1190-k.pdf
http://repository.unair.ac.id/40679/2/gdlhub-gdl-res-2008-setijaning-6748-lp11908.pdf
http://repository.unair.ac.id/40679/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Description
Summary:Fenomena sosial yang muncul sebagai akibat kondisi perekonomian saat ini salah satunya adalah perkembangan jumlah anak jalanan diberbagai kota besar. Kehadiran anak jalanan yang semakin besar jumlahnya dirasakan semakin mencemaskan, karena disatu sisi dapat menimbulkan dampak negatif bagi penertiban, kebersihan dan keamanan, serta keindahan kota. Di sisi lain apabila jumlah anak jalanan semakin besar maka semakin besar pula jumlah masyarakat yang menjadi tanggungan masyarakat dan pemerintah. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinas Sosial dan 15 Rumah Singgah yang ada di Surabaya hasilnya sangatlah mengejutkan. Prosentase jumlah anak jumlah anak jalanan jauh lebih hanyak bila dibandingkan dengan jumlah gelandangan dan pengemis. Mereka ini biasanya mangkal di sepanjang perempatan / traffic light yang ada di pusat-pusat kota. Di kota Surabaya, berbagai kebijakan pemerintah kola dalam menangani anak jalanan telah dilakukan dengan berbagai cara penanganan, antara lain dengan memasukkannya ke rumah singgah, tempat-tempat pelatihan, serta dengan memberi bekal ketrampilan kepada mereka. Upaya penanganan anak jalanan juga dilakukan secara preventif dengan harapan agar jumlah anak jalanan dapat berkurang. Namun dalam kenyataannya jumlah anak jalanan yang melakukan kegiatan di jalan belumlah berkurang, bahkan mereka yang telah ditangani akan kembali lagi ke jalan atau berpindah tempat menjadi anak jalanan di tempat lain. Berdasarkan fenomena anak jalanan dan belum efektifnya kebijakan penanganan anak jalanan oleh Pemkot Surabaya tersebut, maka perlu dilakukan kajian untuk menganalisis Kebijakan Pemkot Surabaya dalam menangani anak jalanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik anak jalanan yang ada di Kota Surabaya. Dengan mengetahui karakteristik anak jalanan diharapkan lembaga pendidikan, pesantren, biro konsultasi psikologi, sekolah, dan rumah singgah yang ada di Surabaya. Program khusus untuk menangani masalah anak jalanan tersebut harus disesuaikan dengan karakteristik anak jalanan yang ada. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah melakukan pendataan terhadap anak jalanan sesuai karakteristiknya. Kemudian dilakukan pendekatan khusus kepada para anak jalanan agar mereka mau diberi pembinaan. Memberikan pembinaan sesuai dengan kebutuhan anak jalanan. Bagi yang turun ke jalan karena himpitan ekonomi keluarga, perlu diberikan bekal keterampilan yang benar-benar bisa digunakan untuk berwiraswasta. Sedangkan bagi yang turun ke jalan karena masalah keluarga dan ikut-ikutan teman, dilakukan pendekatan secara mental spiritual agar bisa menjadi pribadi yang kuat. Bagi anak jalanan yang masih termasuk usia sekolah harus dikembalikan ke sekolah dengan pembebasan biaya sekolah. Namun mereka juga tetap diberi pembinaan agar memiliki keahlian untuk berwiraswasta. Perlu peningkatan sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang kebijakan penanganan masalah anak jalanan. Perlu diberikan modal kerja awal, dan dilakukan pendampingan agar usaha yang dirintis bisa berhasil. Perlu dilakukan kerjasama dengan industri padat karya agar bisa menampung anak jalanan yang sudah terampil. Harus ada pengawasan atau ada follow up dari pembekalan yang diberikan. Dilakukan pemantauan apakah anak jalanan tersebut sudah bisa hidup mandiri dan memastikan apakah mereka turun ke jalanan lagi.