Analisis hacking terhadap Blogger dan demokrasi di Blogosphere Indonesia : Kritik terhadap teori Habermas

Studi ini mencabar tesis Habermas dan pendukungnya tentang relasi Internet dan demokrasL Tesis yang dicabar, Internet tidak mendorong demokrasi deliberatif. Tesis ini dibangun dengan proposisi: Internet membuat blogger parasit, terfragmentasi dan terisolasi; Internet efektif menjatuhkan rejim otorit...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Muhammad Jacky
Format: Other NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Published: UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/40844/2/jackymuham.pdf
http://repository.unair.ac.id/40844/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Description
Summary:Studi ini mencabar tesis Habermas dan pendukungnya tentang relasi Internet dan demokrasL Tesis yang dicabar, Internet tidak mendorong demokrasi deliberatif. Tesis ini dibangun dengan proposisi: Internet membuat blogger parasit, terfragmentasi dan terisolasi; Internet efektif menjatuhkan rejim otoriter, menciptakan hubungan yang egaliter tetapi gagal menjadi mediun deliberasi. Studi ini menggunakan konsep ruang publik dan demokrasi deliberatifHabermas. Studi ini mengeksplorasi metode kualitatif 2.0 dengan perspektif analisis hacking. Studi ini memperoleh data melalui Internet dengan memanfaatkan perkembangan teknologi Web 2.0 dan komunitas virtual. Studi ini tidak hanya fokus pada konstruksi diskursif tetapi juga konstruksi non diskursif. Studi ini meretas blogger yang aktif dalam gerakan mendukung Bibit-Chandra dan reclaiming identitas Indonesia-Malaysia di Facebook dan YouTube. Studi ini menghasilkan: Pertama, Internet tidak membuat blogger parasit terhadap media mainstream, justru sebaliknya mendorong blogger kreatif dalam mengorganisir dan menghidupkan ruang publik virtual (blogosphere) baik nasional maupun globaL Kedua, ruang publik virtual tidak membuat blogger terfragmentasi tetapi terintegrasi secara virtual melalui agregasi algoritma (online tool). Ketiga, blogger di blogosphere tidak terisolasi tetapi membentuk sebuah komunitas virtual yang dihubungkan oleh online tool. Keempat, Internet menciptakan kehidupan online yang lebih egaliter, lintas umur, gender, etnis, kelompok, agama, pendidikan, strata ekonomi. Kelima, ruang publik virtual dapat mencairkan digital divide melalui akses Internet gratis dan murah. Keenam, Internet memudahkan keterlibatan politik blogger melalui e-partisipasi sehingga mencairkan kesenjangan demokrasi. Ketujuh, blogosphere menjadi medium deliberasi blogger melalui online deliberation. Kedelapan, opini publik yang dibangun bogger memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan politik dengan memperluas basis Massa dan public consent. Dengan demikian, studi ini menolak tesis Habermas karena hanya satu proposisi yang rei evan dengan studi ini, yakni Internet menciptakan keterbukaan, sementara tujuh proposisi bertentangan dengan hasil studi ini.