STIGMA SEBAGAI SUATU KETIDAKADILAN PADA MANTAN NARAPIDANA PEREMPUAN DI MASYARAKAT SURABAYA
Kehidupan mantan narapidana perempuan pasca bebas dari penjara seringkali mendapat stigma negatif dari masyarakat, yang menjadikannya sulit untuk diterima kembali dalam lingkungan sosial. Dimana mantan narapidana perempuan banyak mendapatkan perilaku ketidakadilan dari masyarakat karena perbuatan ma...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Theses and Dissertations NonPeerReviewed |
Language: | Indonesian Indonesian |
Published: |
2016
|
Subjects: | |
Online Access: | http://repository.unair.ac.id/41298/1/ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/41298/2/FIS.S.45-16%20Kur%20s.pdf http://repository.unair.ac.id/41298/ http://lib.unair.ac.id |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | Indonesian Indonesian |
Summary: | Kehidupan mantan narapidana perempuan pasca bebas dari penjara seringkali mendapat stigma negatif dari masyarakat, yang menjadikannya sulit untuk diterima kembali dalam lingkungan sosial. Dimana mantan narapidana perempuan banyak mendapatkan perilaku ketidakadilan dari masyarakat karena perbuatan masa lalunya tersebut. Selain itu, kajian mengenai mantan narapidana perempuan ini sangat menarik karena berdasarkan data BPS tahun 2012 jumlah narapidana perempuan yang terus meningkat setiap tahunnya dan adanya peningkatan kecemasan yang terjadi pada narapidana perempuan di penjara berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Haerdina pada tahun 2009. Adanya fenomena tersebut, maka perlu untuk mengkaji stigma negatif masyarakat sebagai suatu ketidakadilan dan bagaimana pemaknaannya pada diri mantan narapidana perempuan.
Penelitian ini menggunakan teori keadilan sosial dari Mauriane adams, teori stigma dan dramaturgi dari Erving Goffman dengan metode kualitatif dan paradigm fakta sosial. Teknik snowball digunakan untuk pengambilan sampel pada informan yang terdiri dari informan pertama : petugas rutan, informan kedua : mantan narapidana perempuan, dan informan ketiga : anak mantan narapidana perempuan. Lokasi penelitian dilakukan di kota Surabaya dengan alasan tingkat kepadatan dan interaksi sosial yang tinggi. Instrument penelitian menggunakan pedoman wawancara dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mantan narapidana perempuan dan keluarga mendapatkan perlakuan kurang baik dari masyarakat yang mempunyai stigma bahwa dirinya adalah perempuan cacat sosial karena perilaku pidana yang pernah dilakukannya. Perlakuan tersebut berupa distereotipe, disubordinasi, dimarginalisasi, dan didominasi. Sedangkan, bagi mantan narapidana perempuan memaknai hal tersebut sebagai proses untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Mereka kemudian melakukan adaptasi kembali di masyarakat dengan melakukan perbuatan baik atau pindah tempat tinggal untuk mendapatkan lingkungan baru yang dapat menerimanya tanpa stigma negatif. |
---|