PEMODELAN TINGKAT KERAWANAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI SURABAYA BERDASARKAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL LOGISTIK CAMPURAN

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Surabaya saat ini sudah sangat rawan karena hampir semua daerah di Surabaya tergolong endemis DBD. Model-model kejadian penyakit DBD di Surabaya yang pernah diteliti dengan pendekatan model statistika, sampai saat ini seringkali menggunakan pendekatan model ti...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Toha Saifudin, NIDN0001067507
Format: Other NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Published: UNIVERSITAS AIRLANGGA 2013
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/42314/1/ABSTRAK.pdf
http://repository.unair.ac.id/42314/2/Binder1.pdf
http://repository.unair.ac.id/42314/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Description
Summary:Penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Surabaya saat ini sudah sangat rawan karena hampir semua daerah di Surabaya tergolong endemis DBD. Model-model kejadian penyakit DBD di Surabaya yang pernah diteliti dengan pendekatan model statistika, sampai saat ini seringkali menggunakan pendekatan model time series yang bertujuan hanya meramalkan jumlah kejadian DBD di masa mendatang tanpa menyertakan faktor-faktor penyebab terjadinya DBD dalam model. Tujuan penelitian ini adalah membuat peta tematik tingkat kerawanan kejadian DBD di Surabaya, dan membangun model tingkat kerawanan kejadian penyakit DBD di kelurahankelurahan di Surabaya yang tidak hanya menyertakan faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab meningkatnya wilayah endemis DBD tapi juga mengakomodasi faktor lokasi/spasial secara simultan. Faktor-faktor yang digunakan untuk pemodelan tingkat kerawanan kejadian DBD dalam penelitian ini adalah faktor iklim (Curah Hujan, Suhu, dan Kelembaban Udara), Faktor Penduduk (Kepadatan penduduk, jumlah penduduk yang berusia < 15 tahun, jumlah penduduk yang berpendidikan minimal SMA), dan Faktor Lingkungan (Angka Bebas Jentik, Angka PHBS, Jumlah petugas pemantau jentik). Data faktor iklim hanya dapat teramati di beberapa pos pengamatan. Curah hujan teramati di 9 pos pengamatan, Suhu dan Kelembaban masing-masing teramati di 3 pos pengamatan.