DETEKSI PROTEIN CATHEPSIN-L UNTUK PENGEMBANGAN DIAGNOSIS DISTOMATOSIS DENGAN TEKNIK ELISA

Penggunaan antigen crude protein untuk diagnosis distomatosis tidaklah spesifik, karena antigen ini terdiri dari berbagai macam protein sehingga dikenali pula oleh antibodi terhadap cacing lain. Oleh karena itu perlu dilakukan isolasi dan karakterisasi terhadap protein spesifik, agar diperoleh prote...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Sri Mumpuni Sosiowati, M.Kes., drh., Sri Subekti B.S., Prof., Dr., DEA., drh., K u s n o t o, M.Si., drh.
Format: Other NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Published: UNIVERSITAS AIRLANGGA 2005
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/42644/1/gdlhub-gdl-res-2007-sosiawatis-abstrak.pdf
http://repository.unair.ac.id/42644/2/gdlhub-gdl-res-2007-sosiawatis-4298-lp8207-d.pdf
http://repository.unair.ac.id/42644/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Description
Summary:Penggunaan antigen crude protein untuk diagnosis distomatosis tidaklah spesifik, karena antigen ini terdiri dari berbagai macam protein sehingga dikenali pula oleh antibodi terhadap cacing lain. Oleh karena itu perlu dilakukan isolasi dan karakterisasi terhadap protein spesifik, agar diperoleh protein murni dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Penelitian ini mencoba untuk mengisolasi protein cathepsin-L (CatL) yang diperkirakan massa molekul relatif (MR) 27-28 kDa dari protein ES Fasciola spp kemudian dilakukan karakterisasi protein. Adanya ikatan antara antigen CatL dengan antibodi anti-CatL merupakan dasar dari penelitian ini. Penelitian ini secara umum bertujuan memperoleh protein antigenik dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi yang dapat dibakukan untuk pembuatan kit diagnostik untuk diagnosis distomatosis melalui pemeriksaan serum darah penderita. Pada penelitian ini dilakukan isolasi dan karakterisasi protein yang berasal dari protein excretory-secretory (ES) dan cacing Fasciola spp dengan cara mereaksikan protein murni dengan antibodi poliklonal. Pada tahap pertama Fusciola spp dewasa diinkubasikan dengan medium RPMI untuk memperoleh protein ES, selanjutnya protein ES diidentifikasi melalui SDS-PAGE dengan pewarnaan silver. Kedua, protein ditransfer ke membran nitroselulose menggunakan transblotter dan direaksikan dengan antibodi poliklonal anti-Fasciola spp yang kemudian divisualisasikan melalui konjugat goat-anti mouse dan pewarnaan Western blue. Ketiga, menentukan fraksi protein dilakukan berdasarkan pada nilai MR dan kemudian dilakukan isolasi protein dengan preparatif gel elektroforesis. Keempat, uji antigenesitas, sensitivitas dan spesifisitas terhadap protein CatL yang berhasil diisolasi pada tahap ketiga maupun protein ES yang diisolasi pada tahap pertama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Telah diketahui 16 macam fraksi protein ES Fasciola spp, yaitu pada MR 130, 108, 91, 74, 58, 52, 45, 40, 35, 32, 28, 27, 25, 18, 15, 8 kDa; 2) Telah berhasil diidentifikasi protein menujukkan duabelas ikatan protein dengan karakter yang berbeda, yaitu protein pada BM 130, 108, 58, 45, 40, 35, 28, 27, 25, 18, 15, dan 8 kDa; 3) Telah berhasil diisolasi protein cathepsin-L (CatL) dari ES Fasciola spp, yaitu pada BM 27-28 kDa; dan 4) Sebagai bahan uji, protein CatL dengan nilai sensitivitas 63,6% dan nilai spesifisitas 87,5% lebih baik dibanding protein ES dengan sensitifitas 100% tetapi spesifisitasnya 0%.