PERBEDAAN TINGKAT PENYESUAIAN PERKAWINAN DITINJAU DARI STATUS EKONOMI SOSIAL KELUARGA PADA PASANGAN USIA MUDA

Berbagai masalah bisa timbul dalam kehidupan perkawinan, terutama tahun-tahun awal, yang dapat mengancam kehidupan perkawinan dan berakibat pada keretakan atau perceraian (Achir, 1991). Banyaknya masalah yang muncul setelah pasangan suami-istri berada dalam satu kesatuan perkawinan menyebabkan kemun...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Ilham Nur Alfian, S.Psi., Achmad Chusairi, S.Psi.
Format: Other NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Published: Universitas Airlangga 2006
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/42677/1/gdlhub-gdl-res-2008-alfianilha-6582-lp2908-k.pdf
http://repository.unair.ac.id/42677/2/gdlhub-gdl-res-2008-alfianilha-6582-lp2908-p.pdf
http://repository.unair.ac.id/42677/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Description
Summary:Berbagai masalah bisa timbul dalam kehidupan perkawinan, terutama tahun-tahun awal, yang dapat mengancam kehidupan perkawinan dan berakibat pada keretakan atau perceraian (Achir, 1991). Banyaknya masalah yang muncul setelah pasangan suami-istri berada dalam satu kesatuan perkawinan menyebabkan kemungkinan munculnya konflik¬-konflik diantara mereka. Seperti yang dikatakan oleh Mappiare (1983), apabila sering terjadi konflik dalam kehidupan perkawinan, maka sangat mungkin individu akan merasa tidak pasti, kebingungan, cemas, dan merasa tidak berguna. Terdapat berbagai sumber yang menyebabkan munculnya ketegangan-ketegangan dalam kehidupan perkawinan, salah satu diantaranya adalah besarnya penghasilan. Banyak riset perkawinan yang menunjukkan hahwa terdapat korelasi yang sangat positif antara status sosioekonomi dengan lamanya usia perkawinan dan kepuasan yang dilaporkan oleh kedua pasangan (Newman Newman, 1984). Riset yang dilakukan oleh Reiss (dalam Newman Newman, 1984) menunjukkan tingginya angka perceraian pada pasangan dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang rendah. Kenyataan di atas mengindikasikan betapa signifikannya rasa aman akan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar bagi keutuhan suatu perkawinan. Kecemasan akan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar dapat menganggu rasa kebersamaan (sense of mutuality) dan keamanan emosional (emotional security) dalam kehidupan perkawinan. Oleh karena itulah, Hurlock (1991) menyarankan pasangan muda untuk mempersiapkan kondisi keuangan yang mapan sebagai salah satu kondisi yang menunjang penyesuaian perkawinan mereka. Berangkat dari persoalan di atas, penulis tertarik untuk meneliti perbedaan tingkat penyesuaian perkawinan ditinjau dari status ekonomi sosial keluarga pada pasangan muda. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang menyatakan: ada perbedaan tingkat penyesuaian perkawinan ditinjau dari status ekonomi sosial keluarga pasangan usia muda. Dengan demikian, penelitian yang akan dilakukan ini termasuk dalam tipe penelitian penjelasan atau explanatory research, yaitu penelitian yang menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Singarimbun Effendi, 1995). Subjek penelitian ini sejumlah 100 orang yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Subjek yang berhasil didapat dalam penelitian ini kebanyakan (31%) berpenghasilan dibawah UMR yang ditetapkan untuk kota Surabaya (Rp. 655.500,00), rata-rata tingkat pendidikan adalah SMA (45%), dan mayoritas merupakan pegawai swasta atau karyawan (54%). Hasil perhitungan statistik menunjukkan nilai F sebesar 2.746 dengan angka signifikansi sebesar 0.001 (<0.05). Hasil perhitungan ini menunjukkan penerimaan atas hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat penyesuaian perkawinan ditinjau dari status ekonomi sosial keluarga pasangan usia muda. Artinya, status ekonomi sosial benar-benar dapat membedakan tingkat penyesuaian perkawinan pada pasangan muda. Hanya saja, diantara 3 variabel yang digunakan sebagai indikator dari status ekonomi sosial, variabel gaji saja yang tidak benar-benar membedakan tingkat penyesuaian perkawinan (sig.=0.976, atau >0.05). Sementara variabel tingkat pendidikan (sig.=0.000, atau <0.05) dan variabel jenis pekerjaan (sig.=0.000, atau <0.05) terbukti bisa membedakan tingkat penyesuaian perkawinan pada pasangan muda.