PENANGANAN PENGANGGURAN TERDIDIK DI JAWA TIMUR
Keberhasilan pemerintah keluar dari situasi krisis ekonomi, dan mendongkrak kembali angka pertumbuhan ekonomi, ternyata hal itu tidak otomatis menyelesaikan persoalan kemiskinan dan pengangguran. Pada tahun 2012, di Indonesia angka pengangguran pemuda terdidik tercatat mencapai 41,81 persen dari...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Other NonPeerReviewed |
Language: | Indonesian Indonesian |
Published: |
FISIP UNAIR
2013
|
Subjects: | |
Online Access: | http://repository.unair.ac.id/44388/1/ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/44388/13/20.%20Binder1..pdf http://repository.unair.ac.id/44388/ http://lib.unair.ac.id |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | Indonesian Indonesian |
Summary: | Keberhasilan pemerintah keluar dari situasi krisis ekonomi, dan mendongkrak kembali angka pertumbuhan ekonomi, ternyata hal itu tidak otomatis menyelesaikan persoalan kemiskinan dan pengangguran. Pada tahun 2012, di Indonesia angka pengangguran pemuda terdidik tercatat mencapai 41,81 persen dari total angka pengangguran nasional. Angka sebesar ini tentu sangat memprihatinkan, karena sedkit-banyak mencerminkan terjadinya mismatch antara kualifikasi lulusan dengan kebutuhan pasar kerja. Dalam penelitian yang dilaporkan ini, beberapa permasalahan yang dikaji adalah: (1) Bagaimana sebetulnya gambaran tentang peta permasalahan dan faktor penyebab meningkatnya jumlah pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Timur?, (2) Kesulitan dan tantangan apa sajakah yang dihadapi para pencari kerja terdidik untuk memperoleh pekerjaan atau mengembangkan usaha yang sifatnya mandiri? Termasuk di sini, sejauhmana akses pengangguran terdidik terhadap sumber-sumber permodalan?, dan (3) Kebijakan dan strategi seperti apakah yang seharusnya dikembangkan untuk meningkatkan efektivitas penanganan pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Timur? Kegiatan penelitian ini telah dilakukan di 2 kota/kabupaten terpilih yang ditengarai rawan atau tengah menghadapi permasalahan tenaga kerja, khususnya persoalan pengangguran terdidik, yaitu Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo. Jumlah pengangguran terdidik yang diwawancarai dan digali aspirasinya, ditetapkan sebanyak 100 responden. Kriteria responden adalah: (1) dalam dua tahun terakhir, responden minimal pernah sekali mengalami masa-masa menganggur atau kehilangan mata pencaharian karena situasi pasar yang tidak kondusif, dan (2) berpendidikan minimal diploma atau sarjana. Berdasar hasil kajian yang dilakukan, beberapa temuan utama yang menjadi isu prioritas di balik fenomena meluasnya pengangguran terdidik adalah: Pertama, para sarjana dan Diploma walaupun mereka sebagian adalah jebolan dari PT-PT yang bergengsi, dan sebagian besar memiliki IPK di atas 3, ternyata hal itu bukan jaminan bakal dapat segera memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Tidak sedikit lulusan PT ternyata kurang atau bahkan tidak menguasai bahasa Inggris, sehingga kurang memiliki kompetensi sebagaimana diharapkan pasar kerja. Sebagian besar lulusan PT juga tidak memiliki koneksi yang bisa dimanfaatkan untuk mencarikan pekerjaan, sementara di saat yang sama akses mereka pada sumbersumber permodalan juga kurang. Di tengah iklim persaingan mencari kerja yang makin kompetitif, akhirnya bisa dipahami jika sebagian lulusan PT akhirnya harus menganggur, baik untuk jangka waktu yang kurang dari setahun maupun lebih dari setahun. Kedua, para lulusan PT, dalam banyak kasus mereka adalah penambah daftar panjang jumlah pengangguran terdidik dan belum mampu memperlihatkan kemandirian dalam menciptakan lapangan kerja dan usaha bagi dirinya sendiri. Sebagian besar pengangguran terdidik umumnya pernah bekerja ikut orang lain, dan bukan owner dari usaha tertentu yang mereka kembangkan sendiri. |
---|