KARAKTERISASI PROTEIN FERTILIN BETA MEMBRAN SPERMATOZOA MANUSIA SEBAGAI PENGEMBANGAN KANDIDAT BAHAN IMUNOKONTRASEPSI

Di Indonesia, jumlah penduduk pada tahun 2004 telah melampaui 200 juta dan pengendalian penduduknya dilaksanakan dalam suatu Program Keluarga Berencana (KB). Peserta KB pria baru lllencapai J,3% dari total 58,3% dari seluruh peserta KB. Metode kontrasepsi pria yang telah dilakukan selallla ini hanya...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Reny tishom, S.Pi.,M.Si
Format: Other NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Published: UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/44495/1/gdlhub-gdl-res-2014-itishomren-33198-lp02-14-k.pdf
http://repository.unair.ac.id/44495/2/A2ITIS.pdf
http://repository.unair.ac.id/44495/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Description
Summary:Di Indonesia, jumlah penduduk pada tahun 2004 telah melampaui 200 juta dan pengendalian penduduknya dilaksanakan dalam suatu Program Keluarga Berencana (KB). Peserta KB pria baru lllencapai J,3% dari total 58,3% dari seluruh peserta KB. Metode kontrasepsi pria yang telah dilakukan selallla ini hanya ada 2 macam, yaitu penggunaan kondom dan vasektollli. Angka kegagalall kondom umumnya sangat tinggi, yaitu sekitar 12 persen, sedangkan vasektom i efektif mencegah kehamilan secara permanen. Idealnya kontrasepsi pria itu harus memiliki khasiat jangka lama, tetapi bersifat reversibel dalam hal menyebabkan azoosperm ia. Vaksin kontrasepsi merupakan konsep baru yang diharapkan dapat digunakan untuk mengontrol kesuburan. Metode imunokontrasepsi ini diharapkan lebih aman, efektif, praktis, efek samping lebih keeil dan memiliki peluang dapat diterima oleh pengguna dari pada teknik kontrasepsi sebelumnya. Imunokontrasepsi merupakan kontrasepsi dengan prinsip imunologis yang diberikan seeara injeksi menggunakan suatu bahan yang bersifat antigenik dan bertujuan untuk ll1encegah pertemuan antara spermatozoa dan oosit. Salah satu bahan yang l11empunyai potensi sebagai vaksin kontrasepsi adalah protein l11e 111 bran spermatozoa. Salah satu protein membran spermatozoa yang mempunyai potensi tersebut adalah fertilin beta. Fertilin beta ini hanya terdapat pada spermatozoa mature dan ejakulat yang berfungsi sebagai molekul adhesi. Namun sampai saat ini identifikasi dan karakterisasi fertilin beta membran spermatozoa pria masih belum diungkap secara jclas. Oleh karena ittl identifikasi dan karakterisasi terhadap protein membran spermatozoa yang bersifat imunogenik, merupakan suatu langkah yang penting dilakukan untuk pengell1bangan protein tersebut sebagai kandidat bahan imllnokontrasepsi. Penelitian ini beliujllan lIntlik mendapatkan isolat protein mell1bran spermatozoa manusia dan mengidentifikasi protein fertilin beta mel11bran spermatozoa manllsia. Jenis penelitian ini adalah eksplorasi-laboratoris yang dianalisis secara diskriptif, untuk mengeksplorasi protein fertilin beta membran spermatozoa manllsia. Penelitian ini telah mendapatkan Sertifikat Ethical Clearence dari Unit Bioetik dan Hlimaniora Kesehatan Fakliitas Kedokteran Universitas Airlangga. Subyek penelitian berjllmlah 30 orang pria fertillimur 21 40 tahun, slldah menikah, dengan hasil analisis semen normozoospennia dan bersedia ikut dalam penelitian. Prosedllr penelitian ll1eliputi koleksi spermatozoa pria dan melakukan anal isis semen, memisahkan protein membran spermatozoa pria dengan teknik sonifikasi dan sentrifugasL menentukan berat molekul protein membran spermatozoa dengan menggunakan elektroforesis SOS PAGE, menentllkan spesifitas feliilin beta dengan teknik Western blotting. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui balma protein membran spermatozoa pria hasil SDS-PAGE memiliki profil pita protein sebanyak 4 pita dengan berat molekul 17, 35, 75 dan 140. Dari 4 profil pita tersebut kemudian dilakukan Western blotting dan diketahui bahwa protein fertilin beta mempunyai berat molekul (BM) 75 kDa. Protein fertilin beta 75 kDa Illemiliki kadar protein 2407 J.lg/ml. Dengan demikian diharapkan dapat 11lenginduksi terbentuknya antibodi. Melalui imunisasi dengan protein fertilin beta, antibodi poliklonal protein fertilin beta yang diproduksi diduga terbentllk melalui respon imun humoral. Kemungkinan pengembangan fertilin beta digllnakan sebagai kandidat bahan produksi antibodi monoklol1al untuk imunokontrasepsL ada kriteria lain yang harus dipenuhi selain imunogenik yaitu protein spesifik yang hanya diekspresikan oleh spermatozoa dan tidak terdapat pada jaringan lain. Oleh karena itu apabila protein fertilin beta bersifat imunogenik. l1laka antibodi monoklonal hasil induksinya dapat digunakan untuk mengetahui loka5i fertilin beta pada spermatozoa, jaringan reproduksi dan somatik. Selain itu juga targetnya spesifik atiinya antibodi tersebut memiliki sifat hanya dapat l1lengenali target tertentu dan spesifik, yaitu protein terdistribusi pada membran spermatozoa yang berfungsi dalam fertilisasi, serta antibodi tersebut harus aman dan dapat menghalangi fertilisasi. Di samping itu diperlukan juga untuk mengetahui keberadaan protein fertilin beta ini pada beberapa spesies lain, sehingga kalall protein ini terdapat pada spesies lain maka dapat digllnakan sebagai hewan uj i untuk penel itian.