MEMBACA FILM INDONESIA BERTEMA RELIGI (Studi Film Discourse Interpretation Tentang Identitas Keislaman dalam Film 99 Cahaya Di Langit Eropa dan Haji Backpacker)

Penelitian ini tentang diskursus identitas keislaman dalam film Indonesia bertema religi pada konteks global kontemporer. Gelombang islamisasi yang mencolok dan mewarnai dekade pertama Indonesia sesudah Orde Baru mendorong kepopuleran film – film Indonesia bertema religi, khususnya yang berkontek...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: INTAN FITRANISA, 071414853026
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Published: 2016
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/45699/1/ABSTRAK.pdf
http://repository.unair.ac.id/45699/2/TSK.26-16%20Fit%20m.pdf
http://repository.unair.ac.id/45699/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Description
Summary:Penelitian ini tentang diskursus identitas keislaman dalam film Indonesia bertema religi pada konteks global kontemporer. Gelombang islamisasi yang mencolok dan mewarnai dekade pertama Indonesia sesudah Orde Baru mendorong kepopuleran film – film Indonesia bertema religi, khususnya yang berkonteks global. Berangkat dari fenomena tersebut, muncul asumsi adanya diskursus alternatif yang berusaha ditawarkan oleh film – film Indonesia bertema religi mengenai identitas keislaman pada konteks global. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode film discourse interpretation yang melibatkan aspek struktur bahasa film dalam mengungkap makna latent sebuah teks film. Dengan demikian, penelitian ini menghasilkan analisis yang komprehensif tentang diskursus identitas keislaman pada konteks global kontemporer. Dari hasil pembacaan terhadap film 99 Cahaya di Langit Eropa dan Haji Backpacker menunjukkan adanya perbedaan formasi diskursif tentang identitas keislaman yang ditawarkan kedua film tersebut. Hal ini disebabkan film 99 Cahaya di Langit Eropa dan Haji Backpacker mengambil locus yang berbeda dalam merepresentasikan identitas keislaman pada konteks global. Film 99 Cahaya di Langit Eropa yang mengambil locus Islam di Barat menunjukkan Muslim diasporik yang mengalami keterbatasan dalam mengekspresikan identitas keislamannya karena menjadi bagian dari kelompok minoritas di Eropa. Sementara film Haji Backpacker yang mengambil locus Islam di Timur memperlihatkan tokoh Muslim yang mencari identitas keislaman dengan mengadopsi budaya backpacker dari Barat. Budaya backpacker yang awalnya digunakan sebagai medium resistensi terhadap ajaran agama, justru menjadi jalan bagi tokoh Muslim dalam film ini untuk menemukan kembali identitas keislamannya.