PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN PERTUMBUHAN PENDAPATAN NASIONAL TERHADAP FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DENGAN DOLAR AMERIKA PERIODE 1987 - 1996

Tingkat inflasi selama ini di anggap sebagai salah satu pemicu terhadap selalu terdepresiasinya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika, hal ini diperkuat dengan adanya teori yang menghubungkan tingkat inflasi dengan fluktuasi nilai tukar yaitu teori Purchasing Power Parity. Tingkat pertumbuhan pe...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: ALFIAH SUFIANI, 049635492
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Published: 2000
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/47033/7/B%20127-00%20Suf%20p.pdf
http://repository.unair.ac.id/47033/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Description
Summary:Tingkat inflasi selama ini di anggap sebagai salah satu pemicu terhadap selalu terdepresiasinya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika, hal ini diperkuat dengan adanya teori yang menghubungkan tingkat inflasi dengan fluktuasi nilai tukar yaitu teori Purchasing Power Parity. Tingkat pertumbuhan pendapatan nasional pun merupakan salah satu pemicu terhadap selalu terdepresiasinya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika. Penelitian ini menggunakan sampel tingkat inflasi (IHK) di kedua negara, tingkat pertumbuhan pendapatan di kedua negara dan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika mulai tahun 1987-1996 yang diambil per kwartal. Model yang digunakan adalah regresi berganda dengan "instrumen-instrumennya" . Hasil pengujian menyatakan bahwa tingkat inflasi dan tingkat pertumbuhan pendapatan hanya berpengaruh sebesar 6,6% saja sedangkan yang 93,4% dipengaruhi oleh variabel yang lain yang tidak terdapat dalam model yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel-variabel yang di duga turut mempengaruhi fluktuasi nilai tukar adalah, pertama, sistem pengendalian nilai tukar di Indonesia, kedua, Sistem nilai tukar yang di anut oleh Indonesia yang memungkinkan terjadinya pergerakan nilai tukar yang stable but adjustable exchange rate. Instrumen-instrumen pengendalian moneter yang dipersiapkan dan kemudian dijadikan kebijakan dan pada akhirnya dilakukan oleh Bank Indonesia adalah karena nilai tukar Rupiah mempunyai beban ganda (dual burden) yang satu sarna lain saling bertentangan. Behan ganda yang dibebankan pada nilai tukar adalah sebagai alat untuk daya saing (meningkatkan ekspor) dan sebagai alat moneter dalam menjaga kestabilan harga di dalam negeri.