REPRESENTASI TRANSGENDER DALAM FILM

Penelitian ini berawal dari adanya konsep yang menyatakan bahwa seksuahtas bukan merupakan sesuatu yang alamiah (natural) dan terberi (given), tapi seksualitas adalah hasil konstruksi sosial masyarakat. Konsep ini didukung oleh Foucault, Butler dan Derrida. Pandangan Foucault mengenai konsep ini jel...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: DESY WULANDARI, 070116527
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Published: 2005
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/47086/1/K%2056-05%20Wul%20r.pdf
http://repository.unair.ac.id/47086/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Description
Summary:Penelitian ini berawal dari adanya konsep yang menyatakan bahwa seksuahtas bukan merupakan sesuatu yang alamiah (natural) dan terberi (given), tapi seksualitas adalah hasil konstruksi sosial masyarakat. Konsep ini didukung oleh Foucault, Butler dan Derrida. Pandangan Foucault mengenai konsep ini jelas terungkap dalam karyanya yang berjudul History of Sexuality. Heteroseksual dianggap sebagai satu-satunya praktek seksual yang sah. Heteroseksualitas melahirkan heteronormativitas, yaitu ideologi yang menyatakan bahwa perempuan harus berpasangan dengan laki-laki dan begitu juga sebaliknya untuk tujuan prokreasi. Heteronormativitas inilah yang membuat praktek seksual lain di luar heteroseksualitas, seperti lesbian, gay, biseksual dan transgender dianggap sebagai hak yang menyimpang. Berdasarkan konsep tersebut peneliti tertarik untuk meneliti film yang mengangkat tentang salah satu dari kelompok seksual di luar heteroseksual yaitu transgender. Film yang dipilih peneliti adalah film keluaran Hollywood tahun 1999 yang berjudul Boys Don't Cry. Film ini dipilih karena ceritanya diangkat dan kisah nyata seorang transgender perempuan di Amerika yang dibunuh pada malam tahun baru 1993.