PENGARUH PERSEPSI BEBAN KERJA DAN TINGKAT SELF EFFICACY TERHADAP KECENDERUNGAN GEJALA BURNOUT PADA KARYAWAN BAGlAN PRODUKSI (NON HUMAN SERVICE PROFESSION)
Burnout merupakan syndrom emotional exhaustion (kelelahan emosional). depersonalisasi, dan penurunan personal accomplishment (pencapaian personal) yang teIjadi diantara individu yang melakukan "people work". Banyak penelitian sebelumnya yang menghubungkan burnout dengan profesi human servi...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Theses and Dissertations NonPeerReviewed |
Language: | Indonesian |
Published: |
2001
|
Subjects: | |
Online Access: | http://repository.unair.ac.id/49536/1/PSI%2018-01.PRI%20P.pdf http://repository.unair.ac.id/49536/ http://lib.unair.ac.id |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | Indonesian |
Summary: | Burnout merupakan syndrom emotional exhaustion (kelelahan emosional). depersonalisasi, dan penurunan personal accomplishment (pencapaian personal) yang teIjadi diantara individu yang melakukan "people work". Banyak penelitian sebelumnya yang menghubungkan burnout dengan profesi human service. Melihat hal tersebut, penulis tertarik untuk mengaplikasikan telaah mengenai hurnout pada setting kerja lain yang tidak menutup kemungkinan juga beresiko terkena burnout, salah satunya adalah setting bagian produksi yang banyak berhubungan dengan mesin-mesin keI:.ja (machine-paced work) atau secara khusus berhubungan dengan profesi non human service. Deteksi terhadap penyebab burnout meluas dan melibatkan banyak faktor, tidak hanya yang datangnya dari diri individu sendiri tetapi juga banyak yang berhubungan dengan faktor karakteristik pekerjaan. Dalam penelitian ini penulis mencoba mengenali burnout dari salah satu karakteristik pekerjaan yang ada yaitu beban kerja yang diterima oleh karyawan sehari-harinya, bagaimana karyawan mempersepsikan beban kerja yang mereka terima, apakah dapat berpengaruh terhadap kecenderungan munculnya gejala burnout pada diri mereka. Selain itu melihat kemungkinan adanya pengaruh faktor self efficacy karyawan terhadap kecenderungan gejala burnout yang mereka alami, berkaitan dengan ada tidaknya kepercayaan terhadap kemampuan diri dalam melakukan pekeIjaan dan pilihan strategi coping yang digunakan pada situasi tersebut. Karena tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan jika burnout secara positif terdeteksi, terlebih jika berhubungan dengan kemungkinan munculnya burnout di area berproduksi yang notabene merupakan area terpenting dari suatu industri, maka penelitian mengenai burnout inilah yang perlu dilakukan sejak dini, diwaspadai dan penting dicermati oleh organisasi umumnya dan bagi indi vidu yang terlibat khususnya.
Subyek penelitian adalah sejumlah 52 karyawan bagian produksi P.T. Antar Surya Jaya, yang terbagi atas beberapa unit keIja dan dikhususkan pada karyawan yang terlibat interaksi aktif dengan mesin-mesin kerja (machine paced work). Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPS dengan program anareg dimana korelasi yang teIjadi F=27.394 dengan p=O.OOO, maka hipotesis kerja pertama yang menyebutkan ada pengaruh antara persepsi beban keIja dan tingkat self efficacy terhadap kecenderungan gejala burnout diterima. Koefisien determinan R2=0.528, berarti variabel persepsi beban kerja dan tingkat self efficacy menyumbang sejumlah 52.8% terhadap kecenderungan gejala burnout. Berdasarkan perbandingan bobot prediktor maka terdapat hubungan yang arahnya negatif pada kedua prediktor terhadap kriterium, artinya semakin tinggi/positif persepsi terhadap beban keIja, maka semakin rendah kecenderungan gejala burnout dan sebaliknya (rxy=-0.349), serta semakin tinggi tingkat self e.1Jicacy maka semakin rendah pula kecenderungan ke arah burnout dan sebaliknya (rxy=0.680), sehingga dalam hal ini hipotesis kerja kedua dan ketiga diterima. |
---|