WACANA DEKONSTRUKSI DALAM NOVEL "DURGA UMAYI" KARYA Y. B. MANGUNWIJAYA
Durga Umayi mempakan sebuah karya sastra yang mengandung tandatanda yang merni1iki potensi rnakna luar biasa. Tanda-tanda itu tidak bisa dilepaskan dari konteks sosio-kultural yang melatarbelakanginya, sehingga rajutan tanda itu rnernbentuk sebuah jaringan teks yang tidak hanya bermain dalarn satu w...
Saved in:
Summary: | Durga Umayi mempakan sebuah karya sastra yang mengandung tandatanda yang merni1iki potensi rnakna luar biasa. Tanda-tanda itu tidak bisa dilepaskan dari konteks sosio-kultural yang melatarbelakanginya, sehingga rajutan tanda itu rnernbentuk sebuah jaringan teks yang tidak hanya bermain dalarn satu wilayah atau satu wacana.
Penelitian ini bermain dalam wilayah-wilayah itu, dengan rnenitikberatkan pada wacana sosio-kultural yang termaktub dalam teks, terutama pada wacana dekonstruksinya, rneliputi wacana wayang, gender dan sejarah Indonesia mutakhir. Penelitian ini mempakan upaya untuk merepresentasikan makna-makna itu, dengan rnenafsirkan dan menganalisis tanda-tanda yang ada di dalamnya.
Jadi, tujuan utama penelitian ini yaitu mengidentifikasi rangkaian makna yang terkandung dalarn teks-teks (omamen 'realitas' yang melatari Durga Umayi) dan dalam teks-teks Durga Umayi sendiri, dengan mengungkapkan rnaksud tersernbunyi da]am teks-teks itu. Adapun analisis terhadap watak dan potensi teks itu dengan mernanfaatkan 'tuah' analisis wacana yang digagas Michael Foucault dan cara baca dekonstruksi yang digagas Jacques Derrida. Kedua pendekatan itu dapat dikategorikan sebagai pendekatan pos-strukturalis, dengan penitikberatan pad a pernik iran bahasa dan kajian teks.
Sebagai sebuab kajian yang menitikberatkan pada wacana, rnaka yang pertama-tama diungkapkan adalah struktur teksnya, hal ini semata-rnata sebagai peketjaan pendahuluan dalam keIja analisis sastra. Pada perkernbangannya, rnernasuki wacana yang terkandung dalam teks, dengan rnenguraikan kunci-kunci teks, untuk membuka potensi serta kandungan maknanya. Teks dalam kaitan ini dihubungkan dengan konteks, yang meliputi pernikiran dan segala sesuatu yang bennain di luar teks, yang masih berlmbungan dengan teks (baik itu antar-teks rnaupun inter-teks), terutama back ground sosio-kultural. SeJanjutnya, kajian pun mengarah pada wama dekonstruksi yang ada dalam teks, yang telah teridentifikasi dalam tiga wacana, yaitu wayang, gender dan sejarah Indonesia rnutakhir.
Dalam wacana wayang, penelitian ini berupaya melacak pembacaan kernbali pada arketipe kebudayaan yang mencitrakan kebudayaan Jawa dan Indonesia, sebagai Jatar Durga Umayi. Hal itu karena wayang mengalami serangkaian upaya dekonstruksi dengan strategi pernbalikan, pengaburan oposisi biDer dan lainnya. OJ sini, terdapat upaya untuk melihat dan mernbaca kernbali ornamen kebudayaan yang ada, yang telah rnenjelma mitos. Da]am penelitian ini, pembacaan itu diuraikan, dengan menelusuri jejak -jejak dalam Durga Umayi yang berasal dari teks-teks terdahulu, dan teks atau realitas yang sedang berlangsung.
Ruh dekonstruksi pun terdapat dalam wacana gender, berupa pembongkaran pada pernikiran dan pandangan masyarakat pada konsepsi perernpuan atau gender. Hal ini tidak hanya menggunakan pendekatan yang berusaha rnernperternukan antara pandangan barat dengan pandangan yang berakar dari tradisi, tetapi upaya untuk mernberi sebuah tawaran lain, karena dalam pembacaan ini memang tidak beranjak dari arketipe budaya lokal. Kendatipun Durga Umayi tidak rnenarnpilkan sebuah jawaban yang ntuh, tetapi 'rnakna' yang digagasnya memberi sebuah perenungan kembali untuk rnemikirkan peran perernpuan dalam konstruks gender. Di sisi lain, dalam penelitian ini juga dilakukan pelacakan serta pembaeaan kembali pada konstruksi dan peran perempuan yang terbingkai dalam peIjalanan peradaban, seeara historis.
Hal yang sarna juga berlaku pada waeana sejarah Indonesia mutakhir. Pembalikan posisi pada pihak-pihak yang menduduki previliese dalam desain sejarab mapan juga sangat kenta1. Pengaburan posisi di sini juga semakin menasbihkan adanya ruh dekonstruksi dalarn novel ini. Sejarah tidak hanya beIjalan sejajar dengan sejarah mapan, tetapi menggagas sejarab yang lain. Bisa dikatakan, waeana sejarah Durga Umayi sebagai counter culture pada konstruksi sejarah yang digagas negara.
Di sisi lain, sebagai sebuah produk kebudayaan, Durga Umayi tidak bisa dilepaskan dari rangkaian kontruksi sosio-budayanya. Upaya Imtuk membaca dan rnenafsirkan kembali konstruksi budaya itu tampak kental. Hal itu terlihat dari penampilan tanda-tanda yang ada. Terutama pada gagasan bahasanya, sebab bahasanya lain daripada yang lain, baik itu pada novel Indonesia pada umumnya, rnaupaun bahasa yang diakui dan resmi. Bahasa dalam Durga Umayi jika dilihat dari sastra adalah perpaduan antara bahasa wayang dengan bahasa yang biasa dilakukan oleh para novelis modem. Dari sini, novel ini disinyalir sebagai novel posmo. Hanya saja, jika novel Durga Umayi im dianggap sebagai novel posmo, sepeninya menempati wilayab posmo yang lain, posmo yang meneirikan diri sebagai posmo yang tidak hanya sekedar euforia untuk melawan modemisme, tetapi menjembatam antara kondisi kontekstual dengan pemikiran yang sedang berkembang dalam jagat raya, karena eiri lokalitas tidak hHang dalam Durga Umayi. Bisa dikatakan, posmo Durga Umayi adalah upaya mengangkat potensi lokal, yang selama ini dianggap sebagai pinggiran.
Akan tetapi, penelitian ini bukan berupaya untuk merekonstruksi kembali 'makna' dari tanda-tanda yang berserakan yang memiliki nafas dekonstruksi itu, tetapi berupaya untuk meneari hakekat yang tersemblmyi di dalanmya, dan berusaha memahami arah dan tujuan teks dalam perspektif peradaban yang lebih luas. Sebab, bagaimanapun dekonstniksi tidak mungkin untuk dikonstruksi kembali. |
---|