STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA PASIEN GERIATRI (Penelitian dilakukan di Poli Geriatri RSUD Dr. Soetomo Surabaya)
Masalah yang kerap muncul pada usia lanjut yang disebut sebagai a series of I’s (Ouslanderet al, 2004), salah satunya yaitu irritable colon. Bersaman dengan proses penuaan, kolon menjadi lebih kecil dan lebih dipadati oleh serat kolagen dibarengi dengan menurunnya jumlah neuron myenterik plexus,...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Theses and Dissertations NonPeerReviewed |
Language: | Indonesian Indonesian |
Published: |
2016
|
Subjects: | |
Online Access: | http://repository.unair.ac.id/53806/1/abstrak.pdf http://repository.unair.ac.id/53806/2/FF%20fK%2039%2016.pdf http://repository.unair.ac.id/53806/ http://lib.unair.ac.id |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | Indonesian Indonesian |
Summary: | Masalah yang kerap muncul pada usia lanjut yang disebut sebagai
a series of I’s (Ouslanderet al, 2004), salah satunya yaitu irritable colon.
Bersaman dengan proses penuaan, kolon menjadi lebih kecil dan lebih
dipadati oleh serat kolagen dibarengi dengan menurunnya jumlah neuron
myenterik plexus, penuaan berhubungan dengan berubahnya anatomi kolon
dan fisiologinya, hal tersebut yang berkontribusi menimbulkan konstipasi.
prevalensi konstipasi meningkat secara drastis seiring dengan meningkatnya
usia, hal ini berpengaruh kepada 1 hingga 2 orang berusia lebih dari 80
tahun (Gandell et al., 2013). Hal tersebut mempengaruhi jumlah
penggunaan laksatif pada orang usia lanjut, 76% pasien usia lanjut yang
dirawat di Rumah Sakit menggunakan laksatif (Kinnuen et al., 1991)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui studi
penggunaan laksatif dan mengidentifikasi adanya Drug Related Problem
(DRP) terhadap pasien lanjut usia di poli geriatri RSUD Dr. Soetomo
Surabaya. Penelitian dimulai pada bulan April hingga Juli 2016 dengan
metode studi retrospektif. Sampel meliputi seluruh pasien di poli geriatri
yang mendapatkan resep laksatif pada periode waktu Mei 2015 hingga
Desember 2015 yang memenuhi kriteria inklusi.
Jumlah total sampel yang memenuhi kriteria inklusi adalah
sebanyak 59 pasien. Sampel tersebut dikategorikan berdasarkan usia
menurut Principles of Geriatric Physiotherapy (Narinder et al., 2007) yaitu
kelompok usia <65, young old (65 – 75 tahun), middle old (75 - 85 tahun),
old-old (lebih dari 85 tahun). Berdasarkan pembagian kelompok usia
tersebut, maka didapatkan data bahwa pasien yang menerima peresepan
laksatif di Instalasi Rawat Jalan Poli Geriatri RSUD Dr. Soetomo pada usia
<65 sebesar 21 pasien, young old (65 – 75 tahun) sebesar 23 pasien, middle
old (75 - 85 tahun) sebesar 15 pasien, old-old (lebih dari 85 tahun) sebesar 0
pasien. Dari distribusi jumlah pasien tersebut diperoleh hasil bahwa pasien
lanjut usia yang menerima resep laksatif paling tinggi adalah pada
kelompok usia 65-75 tahun (young old) dengan persentase 38,9%. Pada
kategori jenis kelamin, pasien wanita yang mendapatkan resep laksatif
berjumlah sebesar 54,23% dan pria berjumlah lebih sedikit dibandingkan
wanita yaitu sebesar 45,76%. Hal tersebut merupakan sesuatu yang lazim dikarenakan wanita dipengaruhi oleh faktor hormonal, sehingga
menyebabkan resiko konstipasi lebih tinggi selama fase luteal dalam siklus
menstruasi (Suzanne et al., 2011).
Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang kemungkinan paling
banyak menyebabkan konstipasi pada penelitian ini yaitu sebesar 66,67%.
Penyebab kedua terbanyak yang dapat memicu konstipasi adalah efek
samping obat. Sedangkan obat yang mendominasi pada urutan pertama
yang kemungkinana dapat menyebabkan konstipasi adalah golongan CCBs
yaitu sebesar 28,3%. Menurut Drug-Induced Constipation (Rebecca et al.,
2009) bahwa faktanya CCBs (Calcium Channel Blockers) menyebabkan
konstipasi dengan cara mengurangi motilitas usus (kolon spesifik).
Terapi konstipasi yang umum digunakan pada pasien geriatri di
RSUD Dr. Soetomo adalah laksatif laktulosa, bisakodil, dan laxadin. Dari
data hasil penelitian, peresepan laksatif yang paling banyak didominasi oleh
laktulosa yaitu sebesar 40,9%. Sedangkan laxadine dan bisakodil
penggunaannya sebesar 31,8% dan 27,2%. Berdasarkan Impact Guidelines:
Medical Management Of Constipation In The Older Person (Gibson et al.,
2010), frekuensi pemberian laktulosa pada pasien di poli geriatri yaitu
sehari satu kali hingga tiga kali dengan dosis sekali minum satu sendok
makan (15 ml). Pemberian dosis tersebut telah sesuai dengan pustaka dari
PDR Pharmacopoeia: Pocket Dosing Guide (Montvale et al., 2004)
Laktulosa merupakan first line konstipasi, sehingga hal tersebut
menjadikan laktulosa sebagai laksatif pilihan paling banyak untuk pasien
usia lanjut di poli geriatri. Bisakodil menjadi laksatif yang paling rendah
digunakan di poli geriatri adalah karena obat ini merupakan obat lanjutan
apabila konstipasi sudah tidak dapat lagi ditangani oleh golongan osmotik
dan golongan softener stool. Terutama untuk bisakodil rute per rektal,
merupakan pilihan lanjutan apabila rute per oral sudah tidak dapat
mengatasi konstipasi sehingga jumlahnya sangat sedikit diresepkan
(Algorithm For The Treatment Of Adult Patients With Functional, Normal
Transit Constipation (Locke et al., 2004)). Dalam penelitian ini terjadi
Drug Related Problem (DRP) potensial pada pasien yaitu interaksi laksatif
laktulosa dengan diuretik furosemid. |
---|