PENYESUAIAN DIRI AYAH SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP POLA ASUH (STUDI KASUS)

Orang tua tunggal diasosiasikan dengan kebutuhan penyesuaian yang unik, tidak hanya kembali menjadi single, tetapi juga pengasuhan terhadap anak. Penelitian ini berhasil mendapatkan informasi yang cukup untuk memahami penyesuaian diri ayah sebagai orang tua tunggal, antara lain : 1. Penyesuaian dir...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: NUNUNG NUR BETTY, 119910285
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Published: 2004
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/54165/1/KK%20A%20072%2004%20Bet%20p.pdf
http://repository.unair.ac.id/54165/
http:/lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Description
Summary:Orang tua tunggal diasosiasikan dengan kebutuhan penyesuaian yang unik, tidak hanya kembali menjadi single, tetapi juga pengasuhan terhadap anak. Penelitian ini berhasil mendapatkan informasi yang cukup untuk memahami penyesuaian diri ayah sebagai orang tua tunggal, antara lain : 1. Penyesuaian diri ayah sebagai orang tua tunggal dalam penelitian ini diindikasikan oleh beberapa aspek. yaitu : a. Kemampuan menjalin hubungan baik dengan orang lain. b. Kemampuan mengendalikan emosi dan perilaku. c. Adanya kebahagiaan personal, biasanya karena keinginan untuk mengasuh anak terpenuhi dan kepuasan dalam mengatasi masaIah. d. Kemampuan melihat dan menilai diri sendiri secara obyektif yang menunjukkan konsep diri yang positif. e. Mempunyai selfesteem dalam rentang cukup tinggi. f. Kemampuan menwljukkan produktivitas. dalam kasus yang diteliti melalui penelitian ini adalah produktivitas dalam pekerjaan. 2. Tidak semua ayah sebagai orang tua tunggal mampu menunjukkan penyesuaian diri yang positif. Hal ini tergantung pada kondisi fisik, psikologis, dan sosial setelah mengalami perceraian. Penelitian ini juga berhasil mengungkap pola asuh masing-masing subyek yang ditunjukkan dengan ciri-ciri tertentu. antara lain: 1. Pola asuh demokratis diterapkan dengan cara : a. Memberikan kontrol terhadap kegiatan anak termasuk belajar. b. Memberikan hadiah atau pujian atas keberhasilan anak dan memberikan hukuman atas kesalahan anak. c. Menerapkan aturan dan disiplin dengan batasan yang tegas dan konsisiten, serta menjelaskan maksud dari batasan tersebut. d. Adanya komunikasi yang intens antara ayah dan anak. 2. Pola asuh demokratis cenderung permisif: a. Kontrol tidak sepenuhnya, dalam hal-hal tertentu lebih keras seperti pergaulan. b. Memberikan hadiah atas keberhasilan anak, tetapi tidak memberikan hukuman atas kesalahan anak. c. Batasan yang diberikan kurang tegas dan konsisten. hanya dalam hal-hal yang bersifat prinsip saja. d. Kurang ada komunikasi yang intens antara anak dan orang tua. 3. Pola asuh yang permisif: a. Membiarkan anak menemukan batasan periJakunya sendlri. dilakukan dengan cara menakut-nakuti anak. agar tidak melakukan perbuatan yang tercela. b. Tidak pemah memberikan hadiah. pujian. ataupun hukuman kepada anak. c. Kurang ada komunikasi yang intens antara orang tua dan anak.d. Kontrol yang diberikan lemah, terutama dalam masalah bela jar. Tujuan selanjutnya dari penelitian ini adalah mengidentifikasi penyebab penyesuaian diri ayah sebagai orang tua tunggal berpengaruh terhadap pola asuh. Penyesuaian diri ayah sebagai orang tua tunggal berkaitan dengan bagaimana kualitas pengalaman yang dikembangkannya ketika menjadi orang tua tunggal. Penyesuaian diri yang positif akan mendorong pengalaman hidup yang positif Hal ini akan mempengaruhi kualitas pengasuhannya yang ditunjukkan dengan jenis pola asuh yang diterapkan kepada anak. Kualitas pengasuhan yang positif menggambarkan jenis pola asuh yang demokratis. Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi pola asuh ayah sebagai orang tua tunggal, yaitu : 1. Jenis kelamin anak yang diasuh. Hal ini berkaitan dengan keinginan orang tua untuk mempunyai anak. Ayah sebagai orang tua tunggal yang memang menginginkan anak laki-Iaki akan mampu memberikan pengasuhan yang positif ketika mendapatkan anak laki-laki. 2. Kedekatan orang tua dengan anak. Jika sebelum perceraian atau kematian istri, ayah cukup dekat dengan anak, akan lebih mudah untuk menerapkan pengasuhan yang tepat. 3. Peran orang tua dalam keluarga. Ayah yang berperan secara egaliter, dalam arti selain sebagai providerjuga terlibat dalam pengasuhan anak, lebih mampu untuk mengembangkan pengasuhan yang positifbagi anaknya. 4. Keyakinan terhadap kemampuan mengasuh anak sendiri.