IMPLEMENTASI PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang terjadi pada daerah tropis, dimana penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang menular disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari penderita kepada orang lain dengan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Tujuan dari penelitian...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Theses and Dissertations NonPeerReviewed |
Language: | Indonesian Indonesian |
Published: |
2016
|
Subjects: | |
Online Access: | http://repository.unair.ac.id/57915/1/TKL.%2017-16%20San%20i%20abstrak.pdf http://repository.unair.ac.id/57915/2/TKL.%2017-16%20San%20i.pdf http://repository.unair.ac.id/57915/ http://lib.unair.ac.id |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | Indonesian Indonesian |
Summary: | Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang
terjadi pada daerah tropis, dimana penyakit DBD merupakan salah satu penyakit
yang menular disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari penderita kepada
orang lain dengan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Tujuan dari penelitian
Menganalisis implementasi program pengendalian penyakit demam berdarah
dengue di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Maros. Metode penelitian ini
merupakan suatu penelitian observasional deskriptif. Populasi dalam penelitian ini
terdiri dari tenaga kesehatan puskesmas, besar sampel sebanyak 6 Puskesmas
yang dijadikan responden adalah pengelola dan pelaksana program pengendalian
penyakit DBD. Untuk 6 Puskesmas yang diteliti hanya terdapat satu Puskesmas
dengan skala nilai baik, yaitu Puskesmas Camba dengan Skor 71%. Sedangkan
ke-5 Puskesmas memperoleh skala nilai cukup dengan skor 57%, yaitu Puskesmas
Lau, Bantimurung, Turikale, Mandai, dan Puskesmas Marusu. Puskesmas wilayah
kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Maros dari 11 variabel hanya terdapat 4
variabel yang memenuhi syarat untuk variabel perencanaan surveilans vektor,
larvasidasi, foggging. Dari 11 variabel terdapat 3 Puskesmas yang memperoleh
nilai 45% dengan 5 kategori memenuhi syarat, yaitu Puskesmas Camba,
Puskesmas Mandai, Puskesmas Marusu. Untuk ketiga Puskesmas memperoleh
nilai 36% dengan 4 kategori memenuhi syarat, yaitu Puskesmas Lau, Puskesmas
Bantimurung, Puskesmas Turikale. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa
pelaksanaan pengendalian DBD masih kurang pada aspek sarana dan pelatihan,
aspek proses surveilans vektor, larvasidasi, fogging, monitoring evaluasi. Saran
untuk pihak puskesmas dan tenaga Dinas Kesehatan untuk mengupayakan
peningkatan pengendalian program DBD di Kabupaten Maros.
Keyword: Puskesmas, Pengendalian, Maros, Sulawesi Selatan. |
---|