PENGARUH PENGKAYAAN PAKAN ALAMI Artemia spp. DENGAN KOMBINASI MINYAK IKAN SALMON DAN MINYAK KEDELAI TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN KEPITING BAKAU (Scylla paramamosain) STADIA MEGALOPA SAMPAI CRAB

Kepiting bakau (Scylla paramamosain) merupakan salah satu sumber keanekaragaman hayati perairan Indonesia yang memiliki nilai ekonomi dan gizi yang tinggi. Akan tetapi, penyediaan benih kepiting bakau mengalami hambatan dikarenakan masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam sehingga kesinambung...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: SASMANU ADI MAULANA, 060710030P
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Published: 2017
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/59834/1/PK.BP.54-17%20Mau%20p%20ABSTRACT.pdf
http://repository.unair.ac.id/59834/2/PK.BP.54-17%20Mau%20p%20SKRIPSI.pdf
http://repository.unair.ac.id/59834/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Description
Summary:Kepiting bakau (Scylla paramamosain) merupakan salah satu sumber keanekaragaman hayati perairan Indonesia yang memiliki nilai ekonomi dan gizi yang tinggi. Akan tetapi, penyediaan benih kepiting bakau mengalami hambatan dikarenakan masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam sehingga kesinambungan produksi sulit dipertahankan sepanjang tahun. Oleh karena itu, diperlukan upaya pembenihan kepiting bakau secara masal yang tepat kualitas, kuantitas dan waktu. Masalah yang dihadapi oleh usaha pembenihan kepiting bakau adalah rendahnya tingkat kelangsungan hidup dan ketahanan terhadap stres pada stadia larva yang disebabkan rendahnya mutu pakan yang diberikan. Pakan alami larva kepiting bakau adalah Artemia spp. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pakan pada stadia larva kepiting dilakukan pengkayaan dengan minyak ikan salmon dan minyak kedelai. Penelitian ini berrtujuan untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva kepiting bakau (S. paramamosain) stadia megalopa sampai crab setelah diberi pakan nauplius Artemia spp. yang diperkaya dengan kombinasi minyak ikan salmon dan minyak kedelai serta mengetahui dosis yang optimal untuk pengkayaan Artemia spp. menggunakan kombinasi minyak ikan salmon dan minyak kedelai untuk menghasilkan tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva kepiting bakau (S. paramamosain) stadia megalopa sampai crab yang baik. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), 6 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah: A (Artemia spp. sebagai kontrol), B (Artemia spp. yang diperkaya dengan kombinasi minyak kedelai 0,6 g/L), C (Artemia spp. yang diperkaya dengan kombinasi minyak kedelai 0,45 g/L dan minyak ikan salmon 0,15 g/L), D (Artemia spp. yang diperkaya dengan kombinasi minyak kedelai 0,3 g/L dan minyak ikan salmon 0,3 g/L), E (Artemia spp. yang diperkaya dengan kombinasi minyak kedelai 0,15 g/L dan minyak ikan salmon 0,45 g/L), F (Artemia spp. yang diperkaya dengan kombinasi minyak ikan salmon 0,6 g/L). Parameter yang diuji adalah laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang, dan tingkat kelangsungan hidup larva kepiting bakau. Parameter penunjang yang diamati adalah kualitas air (pH, suhu, disolved oksigen, salinitas dan amoniak) dan perkembangan larva kepiting bakau. Analisis data dilakukan secara statistik dengan menggunakan uji ANOVA (Analysys of Variance) dengan tingkat kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Duncan α 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis pada perlakuan C pengkayaan Artemia spp. dengan kombinasi minyak ikan salmon dan minyak kedelai memberikan pengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva keiting bakau (p<0,05). Perlakuan C menghasilkan laju pertumbuhan harian (18,55%) , pertumbuhan panjang rata-rata (0,61) dan tingkat kelangsungan hidup rata-rata (91,67%). Perlakuan terendah adalah perlakuan A dengan laju pertumbuhan harian rata-rata (14,99%), pertumbuhan panjang rata-rata (0,42) dan tingkat kelangsungan hidup rata-rata (65,83%). Kualitas air pada suhu 29 - 310 C, pH berkisar antara 7 – 8, kandungan oksigen terlarut 4 mg/l, salinitas berkisar antara 15 – 20 ppt, amoniak berkisar antara 0 – 0,25 mg/l.